Harian Sederhana, Depok – Ketua Dewan Syura Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhsin Ahmad Alatas memprotes keras sikap aparat yang menghalau sejumlah massa dari beberapa daerah untuk datang ke Jakarta.
“Masa dijegal, tidak punya hak sebenarnya karena masyarakat punya hak untuk datang, menyampaikan pendapat berkumpul di satu tempat, itu kan haknya, hak konstitusi sebagai warga negara, sebagai rakyat,” katanya saat dikonfirmasi wartawan pada Selasa (21/5/19).
Muhsin menilai, aparat yang melakukan pencegahan itu justru telah melakukan pelanggaran dalam bentuk konstitusi maupun hukum. “Tapi karena mereka penguasa seenaknya sendiri. Ini sekarang sudah hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang,” tuturnya.
Jika hal itu terus dibiarkan, kata Mushin, maka rakyat akan bertindak. “Kalau masyarakat terus dibegitukan maka jangan disalahkan jika masyarakat ambil inisiatif dengan gerakan kedaulatannya sendiri. Ini masyarakat adalah pemilik negeri ini, sedangkan pejabat penegak hukum itu kan pelayan yang dikasih wewenang oleh rakyat,” ujarnya.
“Kok rakyat yang mempunyai negeri ini malah dimusuhi sama aparat. Kayak kecoa-kecoa yang harus diburu. Ini sudah melampaui batas, sudah tindak kriminal,” timpalnya lagi.
20 Ribu Laskar Bergerak
Sebanyak lebih dari 20 ribu laskar FPI dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi atau Jabodetabek bakal turun ke jalan bergabung bersama sejumlah lapisan ormas Islam dan massa lainnya di Jakarta pada 22 Mei 2019.
“Saya kira akumulasi dari hari ini sudah mulai masuk. Mungkin besok baru klimaksnya. Kisaran jumlahnya itu yang tidak terprediksi. Kalau liat respon di medsos (media sosial) luar biasa banyak. Akan tetapi belum terprediksi dengan baik,” kata Muhsin.
Jumlah massa, khususnya laskar FPI yang turun ke Jakarta pada Rabu besok diprediksi bakal terus bertambah dengan kehadiran FPI dari berbagai daerah lainnya di luar Jabodetabek.
“Kalau Jabodetabek FPI yang bakal turun sekitar 10 ribu sampai dengan 20 ribu. Nanti di sana tidak terinisialkan lagi sebagai FPI atau sebagai apa, ini semua melebur menjadi kekuatan rakyat jadi sudah tidak bisa terprediksi terorganisasi gitu,” katanya.
(*)
