Menu

Mode Gelap
Senin, 15 Desember 2025 | 17:31 WIB

Depok

Kisah Perjalanan Guru SMP di Tahun 1984, Gaji Kecil, Sempat Protes, Tapi Terus Mengajar

badge-check


					Iskandar Salech, kepala SMPN 18 Depok Perbesar

Iskandar Salech, kepala SMPN 18 Depok

Harian Sederhana, Depok – “Saya merasa menjadi orang senang jika mata pelajaran yang diberikan bisa diserap siswa. Apalagi bisa meraih prestasi”.

Kalimat ini disampaikan Iskandar Salech, kepala SMPN 18 Depok mengenang saat menjadi guru di SMPN 1 di kawasan Cimanggis pada 1985 silam.

Sekolah Menengah Pertama yang masih berada di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor itu didirikan oleh pemerintah untuk warga di sekitar Cimanggis.

Iskandar, nama panggilan akrabnya, merupakan satu di antara guru termuda yang mengajar mata pelajaran matematika di sekolah itu.

Pria jebolan IKIP Bandung di Jalan Setiabudi pada 1983 ini, mengungkap pada awalnya enggan menjadi guru, karena gaji yang diterima seorang pendidik jauh lebih besar dari karyawan swasta.

Namun, karena dorongan orang tua, termasuk teman-teman di kampus dahulu setelah lulus bisa menjadi guru. Hal itulah yang membuat dirinya bertahan menjadi tenaga pendidik.

“Dulu itu (1985) gaji yang diterima hanya Rp 21.600 per bulan, berbeda dengan gaji kerja di Indocemen di tahun yang sama senilai Rp60 ribu per bulan dan saya merasakan itu,” tuturnya kepada Harian Sederhana di ruang kerjanya, Kamis (29/8).

Awal menerima gaji, ia pun sempat protes kepada orang tuanya, karena di antaranya orang yang mengarahkan Iskandar menjadi guru. “Saya sampai lempar itu amplop (gaji) ke meja, tapi ayah saya bilang, sabar karena menjadi guru adalah mulia, memberikan ilmu yang manfaat kepada orang lain dan nantinya bisa diangkat menjadi pegawai negeri,” Iskandar menirukan ucapan sang ayah.

Dari situ, dirinya berpikir dan terus melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik di SMPN 1 Cimanggis yang sekarang ini menjadi SMPN 7 Depok.

“Itu sekolah menjadi kenangan terindah karena awal mengajar dan sampai sekarang ini belum terlupakan,” tandasnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, Iskandar muda-pun bertekad memberikan ilmu kepada peserta didik dengan sungguh-sungguh meskipun honor yang diterima tidak sepadan, namun di hati Iskandar berharap peserta didiknya menjadi anak-anak pintar, dan meraih masa depan gemilang.

Dari situlah ia semakin enjoy mengajar, dan bersemangat, karena dirinya tidak menghiraukan gaji yang diterima, tapi tujuannya memberikan pendidikan agar manfaat buat orang lain.

Suatu ketika keinginan dirinya memiliki kendaraan motor muncul, pada 1986, namun rasanya tidak memungkinkan karena gaji yang diperoleh tidak mencukupi.

“Jangankan untuk beli motor, untuk ongkos dan kebutuhan sehari-hari saja terasa berat,” kenangnya.

Namun dirinya teringat pembuatan diktat (modul) yang pernah dilakukan di kampusnya. Karena dari pembuatan modul tersebut memperoleh imbalan.

Dari situ ia membuat mulai membuat modul untuk dijadikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Al hasil hasil dari kerja tambahan tersebut bisa membeli motor dengan harga terjangkau. “Jadi, mau punya motor harus ekstra kerja keras, pagi mengajar. Malam buat diktat sesuai order,” tuturnya. (*)

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Dindin Saprudin Resmi Jabat Anggota DPRD Kota Depok

28 November 2025 - 12:45 WIB

Wakil Ketua DPRD Kota Depok Tajudin Sosialisasi Fungsi Komisi C ke Warga Grogol

26 November 2025 - 11:03 WIB

BPJS Kesehatan Depok Gelar Ngopi JKN

19 November 2025 - 12:17 WIB

Hajatan 13 Beji 2025: Gen Z Depok Bersatu Lewat Kreativitas dan Budaya Lokal

10 November 2025 - 11:22 WIB

Kunci Mobil Tertinggal di Dalam, Damkar Depok Evakuasi Tanpa Pecahkan Kaca

30 September 2025 - 09:57 WIB

Evakuasi kunci mobil tertinggal di dalam oleh petugas Damkar Depok. Dok. Instagram Damkar Depok.
Trending di Depok