Menu

Mode Gelap
Senin, 15 Desember 2025 | 16:00 WIB

Bogor

Pilkades Serentak 2019, Generasi Millenia Kurang Minat Jadi Kades

badge-check


					Pilkades Serentak 2019, Generasi Millenia Kurang Minat Jadi Kades Perbesar

Harian Sederhana, Bogor – Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Serentak di Kabupaten Bogor ternyata kurang diminati, oleh kalangan generasi muda atau generasi milenial, terutama untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa (Kades). Hal ini terungkap dari beberapa data daftar nama bakal calon (Balon) Kades yang dilansir oleh Panitia Pilkades Tingkat Desa dan Tingkat Kecamatan.

Salah satunya di Kecamatan Ciseeng, hampir mayoritas balon kades berusia di atas 40 tahun. Bahkan empat desa diantaranya, yaitu Desa Parigi Mekar, Desa Babakan, Desa Kuripan dan Desa Karihkil, kembali mempertemukan balon kades petahana dengan mantan kades purna atau menurut warga di wilayah Utara biasa disebut kades hormat.

“Dari data balon kades yang saya miliki, di Kecamatan Ciseeng saja setidaknya ada 4 desa yang saat ini mempertemukan kades petahana dan mantan kades sebelumnya,” Ungkap WE.Swandana, Kamis (5/9/2019).

Sementara itu, Yusfitriadi, peneliti senior Jaringan Pemantau Pemilu Rakyat (JPPR) memaparkan, bahwa generasi millenial memang tidak begitu berminat dalam kontestasi elektoral di pilkades. Menurutnya ada 3 faktor yang bisa menjadikan generasi muda kurang tertarik menduduki jabatan Kepala Desa.

“Faktor yang Pertama adalah pemahaman generasi millenial (generasi muda) belum utuh terkait desa. Mereka cenderung cuek dengan issu – issu yang terjadi di desa, termasuk kontestasi elektoral pemilihan kepala desa,” jelasnya.

Sehingga implikasinya, sambung kang Yus, masih banyak generasi millenial tidak utuh pemahamannya tentang bagaimana peran membangun dari desa, pentingnya kreatifitas membangun desa, innovasi pedesaan dan maksimalisasi potensi desa untuk pengembangan desa.

“Lalu yang Kedua, secara empiris semenjak adanya pilkades, penyelenggaraan pilkades tidak bisa terlepas dari perilaku pragmatisme politik, termasuk politik uang di dalamnya,” ujarnya.

Menurut Direktur DEEP ini, hal ini membuat pengamatan dan penglihatan generasi muda terjebak pada pandangan tersebut. Sehingga tidak sedikit kalangan generasi muda yang pada akhirnya berfikir tidak mungkin bisa ikut mencalonkan diri kalau tidak mempunyai uang.

“Faktor Ketiga adalah tradisi generasi millenial yang belum mampu membangun brand immage atau personal brand di tingkat desa,” ujarnya.

Kang Yus menjelaskan, saat ini tidak banyak generasi millenial atau generasi muda yang mampu menempati figur sentral atau sosok ketokohan di tingkat desa. Menurutnya, hal ini membuat masyarakat kurang melirik generasi milenial/muda sebagai pilihan Kepala Desa, karena sosoknya yang tidak populis dalan usaha membangun desa.

“Hal ini juga tidak lepas dari tradisi generasi millenial atau generasi muda yang terkadang ingin selalu “ngota” dan menganggap pengembangan desa hanya milik generasi tua,” jelasnya. (*)

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Jaringan Dealer ke 53 Chery Ada Kota Bogor, Ini Lokasinya

19 Agustus 2025 - 16:38 WIB

Program Skrining Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Kota Depok Dimulai Februari 2025

13 Januari 2025 - 10:58 WIB

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan.

Angka Kehamilan di Bogor Tinggi Saat Pandemi Covid-19

4 Juni 2020 - 02:56 WIB

Beras Bansos di Gunung Putri Kurang Berkualitas

3 Juni 2020 - 22:40 WIB

Jalur Puncak Berlapis Sekat TNI, Polisi dan Dishub

3 Juni 2020 - 22:34 WIB

Trending di Bogor