Harian Sederhana, Bogor – Rencana pemerintah kota yang akan menggunakan moda transportasi massal Trem di Kota Bogor mendapat kritikan dari sejumlah pihak. Alasanya, pertama karena keberadaan jalan di kota hujan yang sempit, kedua karena sebelum dilakukan kajian tetapi Pemkot sudah menerima hibah trem dari Belanda.
Anggota DPRD Kota Bogor dari PKB Jatirin mengatakan, setiap rencana harus dilakukan kajian yang matang, supaya program tersebut tidak sia-sia termasuk mengoperasikan trem di Kota Bogor.
Ia berpendapat, transportasi masal trem bisa saja dioperasikan di Kota Bogor, tapi hanya disekitar Kebun Raya Bogor (KRB), sebab kalau disetiap ruas jalan tidak akan cocok.
Dia juga menegaskan, mengenai rencana Pemkot menggunakan trem, seharusnya dilakukan kajian terlebih dahulu sebelum menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang hibah trem tersebut.
Menurut Jatirin, penataan transportasi itu menjadi program prioritas Pemkot Bogor, tetapi sejauh ini belum ada program penataan angkutan yang berhasil direalisasikan oleh Dinas Perhubungan (Diahub).
“Program apapun boleh dilaksanakan tetapi harus melalui kajian yang matang. Karena dengan kajian yang matang maka tidak akan menimbulkan polemik diujungnya dan program akan berjalan sesuai rencana,” katanya.
Selain itu lanjut dia, dengan masuknya trem di Kota Bogor, menjadi satu kesatuan dengan penataan transportasi dalam reformasi transportasi. Maka harus dilakukan kajian keseluruhan supaya tidak jadi program yang tumpang tindih.
Dia menambahkan, mendapat hibah trem tersebut tentunya hasil dari loby yang telah dilakukan sejak awal bukan instan langsung di kasih hibah. Maka seharunya dilakukan kajian terlebih dahulu baru diterima hibahnya.
“Seharusnya lakukan dulu kajiannya baru diterima hibahnya, jangan sampai trem ini kaya bus hibah kementerian perhubungan yang bertahun-tahun tidak dioperasikan,” tegasnya.
Kritikan lainnya diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Gema Kosgoro H.Untung Kurniadi, menurut dia percuma dapat trem hibah karena konsultan dan biaya angkutnya harus membayar.
Selain itu kata dia, Kota Bogor itu macet karena memang kondisi jalannya yang sempit, sehingga dengan masuknya trem akan menjadi tambah macet kecuali kalau mau membangun monorel mungkin akan jadi solusi dalam mengatasi kemacetan.
“Ini walikota apa pelawak, jalan di Kota Bogor itu sempit, pendek dan sentralistik. Kalau pake trem yang ada malah nambah macet. Sudah tidak memungkinkan menambah moda transportasi di jalan. Kecuali klo mau bangun monorel, tapi lumayanlah jadi hiburan,” cetus Mantan Dirut PDAM tersebut.
Seperti diketahui, sebelumnya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan Jo. Colas Rail Iroda Mitra, untuk membuat studi kelayakan pembangunan moda transportasi massal Trem di Kota Bogor.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan Trem bakal menjadi transportasi alternatif untuk menekan kemacetan di Kota Bogor. Karena nantinya jika LRT sudah beroperasi, ribuan orang akan datang dan pergi menggunakan LRT setiap lima menit.
Di dalam nota kesepahaman tersebut, selama sembilan bulan ke depan Pemkot Bogor bersama Jo. Colas Rail Iroda Mitra akan membuat kajian ilmiah untuk melihat bagaimana kemungkinan penerapan Trem di Kota Bogor.
Diakui Politisi PAN itu, Pemkot Bogor akan merumuskan segala aspek yang ada untuk mengaplikasikan moda transportasi massal yang diadopsi dari negara Belanda.
“Kami akan mengkaji bersama, seperti menentukan langkah pembangunan, jalurnya, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar, dan panjang rel, serta pembiayaannya,” ungkap Bima.
Masih kata dia, trem yang akan di bangun di Kota Bogor tidak akan keluar dari konsep Heritage City, yang selama ini digaungkan Pemkot Bogor.
“Intinya proyek trem ini harus sesuai dengan Heritage City. Tidak bisa keluar dari konsep itu,” jelas Bima. (*)









