Harian Sederhana, Bogor – Menyikapi langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang terus mematangkan konsep penataan transportasi, pengamat minta Pemkot tak asal menerima hibah kereta trem dari Belanda.
Seperti diketahui, Pemkot Bogor bakal menerapkan Trem karena sudah melakukan tahapan tahapan diantaranya, melakukan kajian dengan pihak Prancis dan Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim kemarin sudah melihat Trem ke PT Inka di Madiun.
Sebelum Terima Hibah Seharusnya Sudah Lakukan Kajian Mulai Infrasatrukur Hingga Perawatan Trem
Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna menyatakan Pemkot jangan asal menerima bantuan apabila tidak disiapkan insfrastuktur dan pendukung lainnya untuk Trem. “Kalau ada bantuan, boleh saja diterima, tetapi bagaimana dengan kesiapannya,” kata Yayat kemarin.
Menurut Yayat, Pemkot Bogor jangan sembarangan atau asal asalan dalam menyiapkan Infrastuktur untuk Trem. Karena soal kajian untuk Trem, tidak hanya normatif saja.
“Kota Bogor merupakan daerah yang sangat kecil, maka harus mendalam dengan mencakup berbagai aspek. Jadi sebelum menerima Trem, terkait infrastuktur harus siap,” jelasnya.
Masih kata dia, pemasangan jaringan listrik saluran atas juga harus disiapkan, termasuk depo nya seperti apa. Lalu rerouting nya seperti apa dan potensi pasarnya juga harus jelas.
“Jangan sampai ketika Trem dibuat penggunanya sedikit, karena terus terang saja harus belajar dari LRT, supaya terintegrasi antara Trem dan angkot serta pengumpan lainnya,” jelasnya.
Selain itu, soal suku cadang juga harus jelas, umur teknisnya dan jaminan pengelolaannya. Jangan sampai ada pihak swasta berminat dan mampu, tetapi kenyataannya nanti tidak untung atau tekor, lalu trem ditinggalkan. Masalah halte juga harus jelas, termasuk pengaturan waktu nya harus tepat.
Diakuinya, adanya kendaraan online baik mobil atau motor tentu akan berpengaruh kepada Trem, jadi harus dikaji mendalam supaya tidak mubazir.
“Hasil kajian harus dibahas terbuka dan diketahui apakah layak di Kota Bogor atau tidak layak adanya Trem. Jangan gara gara ada bantuan, diterima saja, sedangkan kesiapannya tidak ada,” tegasnya.
Trem, lanjut Yayat, hanya tulang punggung dan pengumpannya harus jelas, baik angkot ataupun kendaraan masal lainnya. Sedangkan di Kota Bogor sudah ada program rerouting dan konversi ataupun persiapan angkutan masal lainnya.
“Harus ada pembatasan lalulintas, misalnya angkot tidak boleh lewat atau motor dibatasi, ataupun pakai ganjil genap. Semuanya akan diketahui apabila sudah ada kajian. Maka kita tunggu dulu, seperti apa kajiannya,” pungkasnya. (*)









