Harian Sederhana, Depok – Pilkada Depok 2020 akan segera digelar. Depok mencari pemimpin baru. Ada harapan ada asa kepada siapa warga Depok memberikan kepercayaannya. Tema yang sedang menghangat memang di beberapa daerah di Indonesia akan mengelar mencari pemimpinnya.
Sesuai dengan undang-undang seseorang bisa maju di pilkada lewat dua jalur, yaitu melalui partai politik dan melalui independen. Partai politik yang bisa mencalonkan kadernya mempunyai syarat minimal 20 persen bisa sendiri atau partai koalisi yang mempunyai kursi 10 untuk kasus di Depok.
Ada tiga partai di Depok yang sudah mendapatkan tiket yakni PKS (12 kursi), Gerindra (10 kursi), dan PDIP (10 kursi). Sementara partai lainnya bisa membentuk satu tiket lagi untuk bisa memajukan calonnya.
Tiket saja belum cukup karena untuk memenangkan pilkada butuh tokoh yang mempunyai populeritas dan elektabilitas paling besar. Untuk Depok sementara ini petahana masih memiliki faktor popularitas dan elektabilitas jauh diatas calon-calon lain yang sedang ramai dibicarakan.
Hal ini biasa terjadi, tapi menurut lembaga survei petahana yang kuat jika memiliki angka elektabilitas diatas 50 persen. Kalo dari yang sudah terpublis di media inkumben masih dibawah 30 persen.
Saya ingat waktu Pilgub Jawa Barat, Kang Aher itu hasil survei pertama tingkat popularitas dan elektabilitas jauh dibawah Kang Dede Yusuf. Faktor apa yang membuat Aher menang dalam pilgub Jabar 2013 lalu?.
Waktu itu saya memang menjadi Ketua Tim Sukses Aher-Demiz. Ada beberapa hal yang menonjol yang membuat pasangan ini menang. Pertama faktor pendamping atau wakil gubernur. PKS menemukan sosok Demiz atau Deddy Mizwar yang bisa mengalahkan kepopuleran Dede Yusuf.
Faktor kedua dalam pilkada dibutuhkan strategi yang jitu agar bisa memenangkan. Hal ini bisa didapat berdasarkan hasil survei, hal apa yang sedang dibutuhkan rakyat (akan masuk ke dalam janji kampanye yang menarik), termasuk metode apa yang menang baik dari serangan darat, serangan udara dan pasukan khususnya.
Ketiga mesin politik. Banyak para pakar politik berpendapat PKS mempunyai mesin politik yang bagus, struktur yang kokoh dan kader yang solid dan militan untuk digerakkan.
Jika partai-partai juga bisa sebaik itu bukan tidak mungkin juga bisa dilakukan. Misalnya, untuk wilayah Jawa Tengah militansi kader PDIP juga bagus terbukti banyaknya perolehan kursi dan kepala daerah disana banyak dari PDIP.
Faktor keempat yang juga tak kalah penting adalah dana atau keuangan. Untuk membuat atribut butuh uang, untuk saksi butuh uang, untuk kampaye butuh uang. Kedepan memang harus dipikirkan oleh pemerintah bagaimana dalam pesta demokrasi baik pileg-pilpres maupun pilkada seminim mungkin calon tidak harus mempunyai modal besar karena sudah difasilitasi negara.
Banyak orang-orang berkualitas, kapasitasnya bagus dan baik tidak bisa maju karena tak punya uang. Saya mendengar di Jepang seseorang bisa mencalonkan jadi anggota dewan cukup bermodalkan pengeras suara berkampanye ditempat-tempat keramaian. Kalau banyak orang berkumpul berarti sukses melakukan kampanye tersebut, jika sepi maka orang tersebut akan pindah ke tempat lain.
Faktor terakhir adalah faktor Yang Maha Kuasa. Ini paling penting. Untuk mencapai cita-cita selain usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan maksimal, menyandarkan harapan kepada Allah SWT adalah wajib.
Sehingga hasil apapun yang akan kita dapat itulah takdir yang Allah berikan ke kita. Tak ada yang tak bisa jika Allah menghendaki. Semoga Depok melahirkan pemimpin yang lebih baik. Amin ya robbal alamin. (*)









