Harian Sederhana, Depok – Terbatasnya lahan di perkotaan seperti di kawasan Kota Depok mendorong para petani pembudidaya tanaman melakukan terobosan untuk menanam tanaman sayuran menggunakan sistem hidrponik.
Sistem pertanian ini merupakan urban farming, konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan. Konvensional berorientasi pada hasil produksi, sedangkan urban farming lebih pada karakter pelakunya yang masyarakat urban.
Pengembangan pembudidayaan tanaman ini, tidak hanya dikembangkan petani, termasuk juga sekolah. Bahkan sistem pertanian tersebut dijadikan untuk pelatihan usaha bagi para siswa.
Sebut saja di Pondok Pesantren Tahfiz Quran Al Ma’mun di Jalan H. Nawi Malik, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari yang sekarang ini mulai melirik sistem pertanian tersebut.
Menurut Ma’mun Ridwa, penggagas pertanian hidroponik, dibangunnya pertanian hidproponik lantaran sekolahnya berkeinginan menjadikan santri di ponpes ini tidak hanya jadi penghafal quran, tetapi bisa memiliki keahlian dalam bidang entrepreneurship sehingga para santri memiliki jiwa kewirausahaan.
“Jadi, kami membangun hidroponik ini diperuntukan bagi santri, untuk bisa melakukan budidaya tanaman di lahan terbatas, dan hasilnya mereka bisa nikmati bersama,” ujarnya, kemarin.
Pertanian ini, lanjut dia, airnya diperoleh dari kolam ikan budidaya jenis ikan patin, dari situ air disedot ke peralon untuk memberikan nutrisi bagi bibit tanaman sayuran, seperti selada, kangkung, bayam dan secim, setelah tumbuh maka hasilnya bisa dinikmati bersama para santri.
“Ini kami ajarkan ke para santri agar nantinya mereka juga memiliki keahlian di bidang budidaya tanaman. Meskipun lahannya terbatas, tanaman sistem hidroponik ini akan menghasilan,” tandasnya.
Meski diakui pertanian sistem ini baru dalam masa pembibitan, namun dia meyakini hasil dari pertaniaan ini memiliki manfaat minimal untuk dikonsumsi warga pesantren, sehingga tidak perlu membeli sayuran ke pasar, karena untuk sayuran sudah tersedia.
Bicara budidaya ikan jenis patin, Ma’mun Ridean, yang juga Direktur Sekolah AMEC telah menyediakan empang dengan areal ribuan meter. Ikan patin tersebut bisa panen dalam waktu tiga bulan. Meski membutuhkan waktu lama, namun hal ini bisa dikembangkan oleh para santri agar mereka memiliki keahlian dalam budidaya ikan air tawar.
“Nantinya, kami juga melatih cara mengembangbiakan ikan dari mulai telur, menetas hingga pembesaran. Diharapkan kelak, santri memiliki keahlian dalam bidang wirausaha,” pungkasnya. (*)









