Harian Sederhana,Bogor – Rencana Kota Bogor menggunakan transportasi Trem kemungkinan masih lama tetwujud, karena hingga saat ini masih menunggu hasil kajian yang dilakukan tim Iroda Kolas.
Sekdis Dishub Kota Bogor Agus Suprapto mengatakan, pihaknya masih nunggu hasil kajian Feasibility Study (FS) dari tim kajian yang telah dilakukan selama satu bulan dari MoU kerjasama selama 9 bulan.
Mengenai proses kajian, kata dia, bahwa dari tim iroda kolas sudah turun ke lapangan dan melakukan komunikasi denga dinas teknis.
“Intinya nanti hasilnya seperti apa, peluang di Kota Bogor yang pas dari pengembangan penyelenggaraan berbasis relnya seperti apa kita tunggu,” kata Agus belum lama ini.
Menurut dia, mengenai pengelolaan terdapat banyak pilihan, tapi kembali lagi ke skema pembiayaan. “Ya itu bisa jadi investasi murni, bisa kerjasama dengan pemkot atau bisa melalui konsorsium menggunakan KPBU,” jelasnya.
Tetapi meski dapat tiga opsi, pada pelaksanaanya tetap kembali lagi ke hasil kajiannya seperti apa. Pertimbangannya baik dari sisi pengembangan prasarana, infrastruktur, pengembangan termasuk pemanfaatan sarananya. “Itu mungki saja dan model operasionalnya termasuk kemampuan anggaran pendanaannya,” ucapnya.
Mengenai rute yang akan dibangun, Dishub telah di ajak membaha banyak hal oleh tim kajian iroda kolas. “Ya bersama tim mereka kami membahas banyak hal salah satunya kondisi lalin di Bogor. Misalnya bagaimana kinerja lalin pada jaringan jalan dan luas jalan di Bogor, penyelnnagaraan angkutan umum dan kondisi sarana lain misal titik kemacetan dan sebagainya, kemarin digali oleh mereka dan kami,” ungkapnya.
Diakui Agus, dari hasil kajian akan menentukan trase, menentukan titik stasiun, jadi dari hasil kajian akan melihat semua potensi, dalam rangka efesiensi dan efektifitas.
“Banyak potensi nanti, termasuk potensi lahan yang mungkin bisa termanfaatkan, bisa perlu pangadaan barang atau lahan.
Contohnya, ada radius tikung pasti terhadap di simpang perlu dilakuakan redesain gimetrik simpang paling akan memangkat taman sesikit atau trotoar itu kan masih lahan pemerintah,” tambahnya.
Dia mebambahkan, apabila dari FS nanti sudah jelas, maka akan disesuaikan terhadap korodor trayek trans pakuan, jaringan proyek ankutan kota sebagai feeder.
Catan terpenring lanjut Agus, dari tiga layanan tersebit, seandainya memang dimungkinkan berbasis ril dengan trans pakuan atau angkot harus terintegrasi, sehingga keterhubungan pelayanan menjadi perhatian. Karena layanan harus sampai tujuan.
“Sama-sama kita pahami bahwa kondisi jaringan Kota Bogor adalah radia sentris, mulai jaringan jalan lingkar, BORR, BIRR nanti menjadian distribusi penggerakan,” pungkas Agus. (*)









