Harian Sederhana, Depok – Wacana yang beredar saat ini, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kota Depok hanya memunculkan tiga nama sebagai kandidat Wali Kota Depok periode 2021-2024 di Pilkada serentak, yakni Hafidz Nasir, Imam Budi Hartono, dan T. Farida Rahmayanti.
Tidak munculnya nama wali kota saat ini, Mohammad Idris yang pada periode sebelumnya diusung partai berlambang bulan sabit kembar disebut-sebut hanyalah strategi politik seperti sebelum-sebelumnya. Diprediksi pada akhirnya atau injury time, PKS Depok bakal tetap menjatuhkan pilihannya terhadap Mohammad Idris.
Pendapat tersebut disampaikan Ketua LSM Kapok, Kasno. Menurut Kasno, sosok Mohammad Idris masih memiliki elektabilitas tertinggi dibandingkan dengan para kandidat-kandidat atau calon Wali Kota Depok yang lainya.
“Jikalaupun PKS benar-benar tidak lagi mengusung Mohammad Idris sebagai calon Wali Kota Depok untuk kedua kalinya maka PKS telah mengambil resiko tinggi, yang bisa saja berakibat fatal menelan pil pahit kekalahan PKS di Pilkada Kota Depok tahun 2020,” ujarnya.
Lebih lanjut diutarakannya, sejumlah alasan yang menguatkan bahwa popularitas dan elektabilitas Idris masih terkuat adalah selama menjabat sebagai Wali Kota Depok 2016-2021, Idris telah banyak memberikan perhatian dan sumbangsihnya ke berbagai macam kalangan dan golongan.
“Hal ini membuat para tokoh masyarakat, tokoh pemuda, khususnya tokoh-tokoh agama, dan dari kalangan birokrat di Pemerintah Kota Depok sangat berantusias memberikan dukungan penuh kepada Idris untuk maju kembali sebagai Wali Kota Depok di periode 2021-2024,” katanya.
Dengan banyaknya dukungan dari berbagai kalangan tersebut, katanya lagi, secara otomatis elektabilitas Idris dari hari ke hari terus menerus mengalami peningkatan.
“Wacana PKS tersebut tak pelak lagi telah mengubah arah kebijakan parpol-parpol lain di Kota Depok yang sudah sejak lama memberikan pintu dan peluang besar kepada Mohammad Idris untuk diusung kembali sebagai calon Wali Kota Depok kedua kalinya,” tuturnya.
Karena itu, pihaknya bekesimpulan bahwa parpol manapun yang akan mengusung Idris sebagai wali kota beserta pasangannya sebagai wakil wali kota di periode 2021-2024 sangat-sangat berpeluang besar sebagai pemenang di Pilkada Kota Depok yang akan datang.
Sebelumnya, Bernhard selaku Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum dan Politik Kota Depok pun berpendapat Mohammad Idris memiliki peluang paling besar untuk memimpin Kota Depok periode 2021-2026 apabila kembali mencalonkan diri di Pilkada Depok 2020.
“Apabila Calon Wali Kota Depok yang akan diusung PKS dalam Pilkada 2020 adalah Mohammad Idris maka dapat dipastikan akan menang,” tuturnya kepada Harian Sederhana.
Anggota DPRD Kota Depok periode 2014-2019 ini menuturkan penilaian tersebut didasari indikator bahwa PKS mempunyai jaringan politik sampai ke akar rumput, yakni di tingkat RT dan RW.
“Massa pemilih PKS memiliki soliditas dan solidaritas yang kuat serta memiliki militansi. Pemilih PKS juga cenderung tidak transaksional,” ujarnya.
Indikator kedua, katanya lagi, petahana merupakan simbol kekuatan politik di luar jaringan PKS. “Petahana juga memiliki jaringan kuat di kalangan tokoh-tokoh, alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat di tingkat akar rumput sampai tingkat RW,” ulasnya.
Lebih lanjut diutarakannya, petahana selama hampir tiga tahun telah melakukan konsolidasi dan membangun simpul-simpul politik dari segala elemen masyarakat. Berbeda dengan partai politik pesaingnya yang cenderung pragmatis dan transaksional.
“Koalisi yang dibangun oleh partai politik di luar PKS sulit akan menjadi pemenang dalam Pilkada 2020. Faktornya parpol di luar PKS cenderung pragmatis dan transaksional. Selain itu di tingkat jaringan massa cenderung massa mengambang dan menjelang beberapa bulan menjelang pilkada baru bekerja,” paparnya.
Menurutnya, parpol koalisi di luar PKS tidak pernah melakukan konsolidasi dan membangun jaringan di akar rumput, sehingga sulit untuk menang.
“Dalam kontestasi pilkada, partai koalisi yang dibangun PDIP, Gerindra, dan parpol lainnya harus memperkuat infrastruktur partai sampai ke tingkat RW dan melakukan rekruitmen kepada tokoh-tokoh elemen masyarakat dengan menawarkan program riil kepada masyarakat seperti perbaikan ekonomi kerakyatan,” imbuh Bernhard.
Program yang harus ditawarkan lainnya adalah bagaimana mengatasi persoalan pengangguran, pendidikan gratis untuk orang miskin yang tanpa dipungut biaya seragam dan buku sekolah, hingga perbaikan kesehatan rakyat yang tidak mampu.
“Kemudian partai koalisi harus membuat daftar isu- isu politik yang strategis dan membangun penggalangan opini publik secara terus menerus lewat media. Jadi dapat dipastikan Koalisi Besar yang dibangun menghadap PKS sulit untuk menang,” tegasnya. (*)









