Menu

Mode Gelap
Selasa, 16 Desember 2025 | 19:05 WIB

Bogor

Dewan Minta Terapkan Jam Malam

badge-check


					Dewan Minta Terapkan Jam Malam Perbesar

Harian Sederhana, Bogor – IMenyikapi maraknya kasus kekerasan di kalangan pelajar dan kelompok tongkrongan, yang belakangan kembali makan korban Dewan meminta Pemkot Bogor terapkan jam malam.

Seperti diketahui dalam peristiwa tawuran yang belum lama terjadi, merenggut nyawa seorang pemuda MZ (16) warga Arzimar RT 03/RW 03, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara meregang nyawa akibat sabetan senjata tajam.

Sebagai aksi simpati, Anggota DPRD Dapil Bogor Utara, Saeful Bakhri menyambangi kediaman korban, guna mendengar aspirasi dan keluh kesah serta ikhwal kejadian naas tersebut dari orangtua korban.

Ia menilai kejadian tersebut murni merupakan tindak kriminal yang harus diungkap dengan terang benderang oleh polisi. “Saya sangat prihatin dengan kejadian ini. Harusnya pemerintah konsisten menjalankan patroli 24 jam dan memasang CCTV di lokasi rawan bentrokan,” ujarnya.

Menurut dia, pemerintah harus segera menerapkan jam malam di Kota Bogor dan memberikan sanksi tegas kepada mereka yang kerap nongkrong di pinggir jalan. “Harus ada jam malam, karena tren tawuran ini bergeser dari siang ke dinihari,” ungkapnya.

Politisi PPP ini menuturkan, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan Komisi IV, tren tawuran kini bergeser dari antar sekolah ke antar kelompok tongkrongan.

“Jadi mereka ini rata-rata usia sekolah, tapi tak bersekolah lagi. Kemudian nongkrong di satu tempat, dan menamai kelompoknya,” ungkapnya.

Saeful menuturkan, dari data yang dikantungi pihaknya di Kota Bogor terdapat puluhan kelompok nongkrong, yang anggotanya berasal dari anak sekolah dan non pelajar. Baik perempuan maupun laki-laki. “Jadi campur ada perempuan ada laki, tapi yang biasanya tawuran itu yang laki,” ucapnya.

Iapun mengungkapkan beberapa nama kelompok nongkrong. Di antaranya, Koja yang berlokasi di sekitar Tegal Lega, Surken Chaos, Suryakencana Street, WODS, WTF, Kojas, Jabaru, dan lain sebagainya. “Masih banyak lagi nama-namanya. Kebetulan yang terakhir terlibat bentrok, ya BL dan LS,” ucapnya.

Saeful menilai bahwa untuk memutus mata rantai tawuran antar kelompok tongkrongan, peranan orangtua sangat vital. “Disini peran orangtua sangat vital. Jangan dibiarkan anaknya keluar malam terus, dan harus sering mengontrol gadgetnya,” jelasnya.

Sementara itu, ayah MZ, Abdulah meminta pemerintah menerapkan jam malam di Kota Bogor. Sebab, peristiwa serupa yang telah merenggut korban jiwa sudah tidak bisa ditolerir lagi. “Saya meminta DPRD agar mendorong pemerintah menerapkan jam malam,” kata dia saat ditemui di kontrakan petaknya.

Ia juga mengaku mendapat kabar tersebut dari kerabatnya. “Saya nggak sanggup melihat jenazah anak saya,” ungkapnya sambil menangis.

Sementara itu, saat kejadian anaknya bersama sang kakak, Reyhan (17) ingin pergi ke mushola untuk solat subuh. Lantaran letak musola berada di belakang kampungnya, MZ dan Reyhan memilih memotong jalan melalui tikungan Pandu Raya.

“Kemudian, pas di tikungan teman saya dua motor yang berboncengan tiga sudah dikejar, dan yang satu abis bensin jadi distep. Karena kita paling belakang, kami dicegat lalu diserang,” katanya.

Kemudian, sambung Reyhan, ia langsung menancap gas, namun terjatuh. Kemudian, penumpang di angkot turun membawa celurit. “Jadi angkotnya menghadang kami. Lalu saya melarikan diri, karena ingat adik. Jadi balik lagi. Ternyata adik saya sedang dikeroyok. Tapi pelakunya tak terlihat karena kondisi gelap,” paparnya.

Terpisah, Anggota Komisi IV DPRD, Endah Purwanti mempertanyakan keseriusan Pemkot Bogor dalam menyelenggarakan kota layak anak. Ia juga mempertanyakan peruntukan 2 persen anggaran dalam menyelenggarakan kota layak anak. “Anggaran 2 persen itu peruntukannya apa? Mengapa aksi kekerasan di kota ini masih sering terjadi,” ujar dia.

Iapun meminta agar pemkot membentuk satgas khusus yang beranggotakan para guru, alumni dan polisi dalam meminalisir tawuran. “Harus ada satgas khusus untuk memutus mata rantai tawuran. Tentunya mereka mesti diberikan biaya operasional, yang dijabarkan melalui perwali. Kita akan dorong regulasi itu,” paparnya.

Dalam kesempatan berbeda, salah seorang perempuan berinisial R (15) yang tengah bersama kelompok LS menyebut bahwa sebelum terjadi penyerangan, kelompok tersebut sempat meminum miras oplosan di sebuah kamar kos.

“Sempat minum dulu disana (kamar kos). Kemudian saat nongkrong di luar beli lagi ciu seliter. Saya nggak kenal semua, hanya ada beberapa. Karena saya dan pacarnya MI (pengemudi angkot) baru pulang narik, dan dipaksa ikut oleh M,” tandasnya. (*)

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Jaringan Dealer ke 53 Chery Ada Kota Bogor, Ini Lokasinya

19 Agustus 2025 - 16:38 WIB

Program Skrining Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Kota Depok Dimulai Februari 2025

13 Januari 2025 - 10:58 WIB

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan.

Angka Kehamilan di Bogor Tinggi Saat Pandemi Covid-19

4 Juni 2020 - 02:56 WIB

Beras Bansos di Gunung Putri Kurang Berkualitas

3 Juni 2020 - 22:40 WIB

Jalur Puncak Berlapis Sekat TNI, Polisi dan Dishub

3 Juni 2020 - 22:34 WIB

Trending di Bogor