Harian Sederhana, Depok – Digadang-gadang akan kembali maju di kontestasi Pilkada Kota Depok 2020, Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengaku sampai saat ini telah menjalin komunikasi ke seluruh parpol. Tapi, dirinya hanya intens berkomunikasi dengan PKS.
“Yang paling intens PKS dari semua parpol,” tuturnya kepada wartawan saat ditemui di bilangan Margonda, Selasa (18/02).
Meski demikian, Idris berserah diri kepada keinginan masyarakat. Bilamana memang diinginkan maka dirinya siap maju kembali di pilkada yang akan dihelat pada 23 September 2020 mendatang.
“Kalau saya kan tergantung masyarakat, kalau masyarakat milih saya, saya akan siap maju. Bagaimana saya tahu, dari hasil survei nanti. Hasil survei seperti apa, tinggi atau tidak,” ujarnya.
Survei tersebut, lanjutnya Idris, sebagai bukti bahwa masyarakat masih menginginkan dirinya atau tidak untuk menjabat periode kedua sebagai orang nomor satu di Kota Depok.
“Nanti, hasil survei saya seperti apa, elektabilitas saya tinggi ngga, jangan-jangan elektabilitas saya rendah, ini kan gambaran kehendak dari masyarakat,” katanya.
Idris mengatakan, hasil survei nanti pun tak akan ada gunanya bila tak ada parpol yang meminang. “Kalau masyarakat sudah ok tapi kalau ngga ada kendaraannya (parpol) ya ngga sampai-sampai nanti. Kendaraannya juga harus bagus dong,” tutur Idris.
Idris juga angkat bicara terkait ucapan Presiden PKS Sohibul soal posisi dirinya yang tidak menjadi prioritas bahkan hanya dijadikan ban serep pada Pilkada Depok 2020 mendatang.
“Diklarifikasi dulu, itu kata-kata beliau bukan? Kalau saya yakin sih ngga deh, sebab saya kenal sosok beliau seorang yang santun, seorang yang elegan, seorang akademisi yang ideal,” katanya.
Orang nomor satu di Kota Depok ini menyebut dirinya sangat mengenal sosok Sohibul Iman sejak masih menjadi Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Fikri. Dirinya tidak percaya kalau Sohibul Iman bicara seperti yang beredar di media beberapa hari ini.
“Saya kenal beliau saat di Nurul Fikri, sempat berinteraksi dengan beliau dan kenal sekali. Kalau kata beliau seperti itu (Idris hanya ban serep) mungkin hanya pancingan media saja, maksudnya bukan arahnya kesana, bukan mengecilkan dan menyepelekan saya. Karena beliau kenal saya,” kata Idris.
Idris menyebut dengan pengalaman dirinya yang menghabiskan 15 tahun belajar politik Islam di Timur Tengah, dijadikan Iman sebagai pertimbangan dalam menilai dirinya.
“Untuk kedekatan-kedekatan pribadi dan ideologis ya kita masih berharap lah bahwa partai politik ini memberi dukungan kepada calon-calon yang berintegritas,” paparnya.
Perihal Pilkada Depok 2020, dirinya menilai wajar bilamana setiap partai politik atau parpol memiliki jagoan untuk bertarung pada pesta demokrasi tersebut.
“Mungkin maksudnya ban serep adalah ya yang namanya parpol punya jagoan-jagoannya dong, wajar, siapapun punya, Golkar punya, ini punya, itu punya, siapapun. Kalau saya kan ngga punya parpol, itu sih hak mereka, sah-sah saja. Setiap parpol pastinya akan mencalonkan kader terbaiknya pada pilkada nanti,” pungkasnya. (*)









