Harian Sederhana, Cikarang Pusat – Kelaparan mulai mengancam sejumlah warga Kabupaten Bekasi ditengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Terutama warga yang bekerja di sektor informal atau berpenghasilan harian yang kekinian kehilangan penghasilan akibat tidak bisa beraktivitas.
Permasalahan lainnya adalah bantuan sembako dari pemerintah pusat maupun daerah tidak merata dan terkadang tidak tepat sasaran. Banyak warga miskin yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan tak dapat bantuan.
Seperti yang dialami Ferry (50). Sejak pemerintah menerapkan PSBB ia tak bisa bekerja lagi Ferry yang hari-harinya berprofesi sebagai pekerja serabutan, kini kehilangan penghasilan.
Warga Desa Tambun, Kecamatan Tambun Selatan ini berharap mendapat bantuan sembako untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun sayangnya, Ferry tak dapat bantuan.
“Pekan lalu sempat ada pendataan terhadap warga untuk dimintai Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk pembagian paket sembako. Namun sampai sekarang bantuan tersebut tak kunjung datang,” tuturnya kepada wartawan.
Sedangkan pembagian sembako yang dari Anggaran Dana Desa (ADD) dari Desa Tambun belum juga mendapat giliran. Setelah ditunggu-tunggu warga sampai sekarang bantuan tak kunjung datang.
Ferry merasa bingung dengan Desa Tambun ketika di cek ke kantor desa banyak tumpukan karung beras dan sembako. “Namun ketika ditanya langsung ke pihak kepala desa selalu mengeluh dan pusing,” katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Naim (55). Ia mengeluhkan bantuan sembako yang dijanjikan pemerintah tak kunjung datang. Padahal ia sekeluarga sangat membutuhkan bantuan sembako.
“Sembako enggak tau kapan keluarnya, enggak jelas. Padahal kondisi begini orang kayak kami ini butuh beras,” kata dia.









