Harian Sederhana, Depok – Pesantren Virtual yang diselenggarakan di SDN Serua 03, Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok mendapat perhatian orang tua siswa.
Pasalnya, setiap siswa diharuskan mencatat kegiatan kesaharian, dari mulai melaksanakan salat wajib, sunnah dhua, kultum, dan tadurasan.
Jika sebelumnya, program tersebut dinamakan Pesantren Kilat, di mana para siswa berkumpul untuk melaksanakan kegiatan di sekolah, namun saat ini dalam suasana wabah pandemi program tersebut diubah menjadi Pesantren Virtual (maya). Pelaksanaan kegiatan di rumah masing-masing.
Dalam kegiatan ini, para siswa diwajibkan melaksanakan kegiatan ibadah di bulan Ramadan sebulan penuh, kemudian menyerahkan hasil kegiatan Pesantren Virtual tersebut dalam bentuk tulisan.
“Ini berlaku bagi semua tingkatan siswa di sekolah, namun penerapan materi disesuaikan, seperti kelas 2, materinya berbeda dengan kelas 5,” ujar Ahmad Yani, guru kelas 6 SDN Serua 03 kepada Harian Sederhana, Selasa (5/5).
Para siswa yang ada di sekolah ini tidak terkecuali murid kelas satu harus menyerahkan tugas yang diberikan gurunya melalui laporan berupa tulisan yang diserahkan ke sekolah.
Dengan adanya kegiatan tersebut, tentunya menggugah para siswa untuk senantiasa melaksanakan ibadah, karena setiap kegiatan spiritual yang dilakukan harus dicatat dan diserahkan kepada guru. Hal ini juga mengajarkan siswa tentang nilai kejujuran.
Hal ini yang menjadi perhatian orang tua murid. Secara individu, orang tua tersebut mengingatkan anak-anaknya untuk melaksankaan ibadah di bulan Ramadan. Contoh, waktunya salat dzuhur, jika sang anak belum salat, orang tua pastinnya mengingatkan untuk segera salat, hingga salat lima sehari semalam.
“Saya selaku orang tua murid selalu mengingatkan anak untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadan, bukan karena tugas dari sekolah, tapi peningkatkan ibadah itu keharusan,” ujar Yon.
Apalagi dengan adanya Pesantren Virtual yang harus dilaksanakan anaknya sebagai peserta didik, dia menilai sangat mendukungnya agar anaknya bisa lebih memamami pentingnya ibadah, sehingga tidak perlu disuruh. (*)









