Harian Sederhana, Bekasi – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Hasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi tengah melaksanakan akreditasi (penilaian) oleh tim surveyor.
Untuk itu, selain kinerja dalam hal pelayanan harus optimal, kelengkapan alat kesehatan serta dokumen harus baik, guna mendapat nilai Paripurna yang merupakan nilai terbaik.
Namun sayangnya, dugaan mala praktek ‘menghantui’ penilaian bagi pihak medis tersebut.
Dugaan itu terjadi belum lama ini, dimana diduga kuat dilakukan dr Raya Henri Batubara, Sp B-KBD terhadap pasien seorang mahasiswi lulusan Jerman.
Adapun kronologi kasus dugaan mala praktek itu, berawal saat tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter Raya Henri Batubara yang berakibat fatal terhadap pasien Icha.
Akibat dugaan itu, Icha yang didiagnosa penyakit dalam menjalani operasi pada bulan Agustus 2019. Akibatnya, pasien yang dioperasi karena penyakit empedu, nyaris merenggut nyawanya.
Hal itu setelah pelaksanaan operasi kondisi pasien Icha justru semakin parah.
Bahkan Icha yang sempat trauma pasca operasi sempat mengaku agar dirinya disuntik mati saja. “Suntik mati saja saya”.
“Itu dikatakan Icha yang saat itu mengalami sesak napas akibat ada cairan dari empedu sebanyak 4 (empat) liter merendam organ, hingga paru-parunya, hingga nyaris lewat,” cerita Riska dari pihak keluarga pasien.
Temuan terkait mala praktek RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dinyatakan oleh dokter Zunary dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta.
“Kondisi Icha akibat kelalaian dokter yang menangani operasi,” tandas dr Zunary dari RSPAD Jakarta.
Sayangnya saat kasu tersebut disampaikan Dirut RSUD dr Kusnanto Saidi MARS kaget. “Nanti saya cek, karena baru tahu masalah ini,'” papar DIRUT melalui seluler saat itu (3/9/2019).
Direktur Utama (Dirut) RSUD dr Kusnanto Saidi MARS ketika dihubungi, Selasa (23/10) guna diminta konfirmasinya, mengaku tidak bisa diganggu.
“Minggu ini kita sedang sibuk akreditasi,” tulis Direktur Utama dr Kusnanto Saidi melalui pesan singkat WA.(*)









