Menu

Mode Gelap
Jumat, 5 Desember 2025 | 18:07 WIB

Opini Bisnis

Dinamika Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu di SD (Sebuah Kajian Praksis)

badge-check


					Muhammad Fajri Perbesar

Muhammad Fajri

Harian Sederhana Pembelajaran tematik terpadu menjadi jawaban atas dinamisasi pengembangan pembelajaran di Indonesia khususnya pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Pengembangan kurikulum 2013 (yang telah direvisi beberapa kali) mengimplementasikan pembelajaran tematik terpadu pada semua jenjang di Sekolah Dasar.

Hal ini menjadi jawaban terhadap konteks psikologi perkembangan di mana siswa usia Sekolah Dasar lebih optimal dalam memahami segala sesuatunya secara holistik (dibandingkan parsial) dan komprehensif. Akan tetapi, kondisi di lapangan tidak seindah harapan yang diinginkan. Implementasi pembelajaran di Sekolah Dasar melalui model pembelajaran tematik terpadu tetap saja memunculkan permasalahan yang tak kunjung selesai.

  1. Kesulitan guru mata pelajaran dalam berkolaborasi dengan menyatukan tema yang ada khususnya penilaian.
  2. Integrasi antar materi pembelajaran di tiap satuan mata pelajaran belum optimal dan cenderung dangkal sehingga guru harus berpikir lebih dalam untuk menyajikan pembelajaran yang komprehensif dan menantang bagi siswa.
  3. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran secara tematik terpadu, tetapi penilaian menggunakan pendekatan mata pelajaran (bukan tematik).
  4. Guru tidak selamanya siap dan struggle mempersiapkan dan mengimplementasikan secara utuh konteks dan konsep pembelajaran tematik terkhusus pada proses penilaian dan pengembangan materi pembelajaran.
  5. Buku siswa dan buku guru belum menjawab permasalahan di lapangan terkait ketersediaan konten antara kompetensi dasar yang dikembangkan dengan materi yang dituangkan (masih terlalu dangkal dan tidak menunjukkan ketuntasan).
  6. Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi pada masing-masing guru.
  7. Guru masih kesulitan membuat instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah laku, sehingga cenderung lebih suka menggunakan penilaian tertulis.

Jika boleh melirik negara tetangga seperti Singapura, sebagaimana dikatakan kuliah umum pada 7 Agustus 2019 di Pascsarjana, Universitas Negeri Jakarta oleh Dr. Mohd. Aidil Subhan dari National Institute of Education Singapore penerapan pembelajaran tematik tidak berjalan (it doesn’t work) salah satunya disebabkan pada teacher community mengalami kesulitan dalam memadukan kumpulan kompetensi pada tiap subjek pelajaran yang akan diintegrasikan dalam bentuk tema-tema yang akan dipelajari siswa di kelas.

Pada akhirnya, mereka menggunakan domain subjek pembelajaran dengan masing-masing guru memiliki beban mengajar dua subjek pelajaran. Sebagai contoh, seorang guru akan mengajar bahasa melayu dan matematika atau lainnya.

Hal menarik lainnya, guru diberikan kesempatan sebagai pengembang kurikulum (not as curricculum user). Masukan dari para guru sangat dinantikan oleh Minitry of Education. Dengan jumlah total guru yang ada di Singapura diestimasikan 700ribuan, maka ada kesempatan tiap guru tersebut berhadapan bertatap muka dengan menteri pendidikan di sana dan menyampaikan keluhan dan harapan terkait proses pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan di sekolahnya.

Di Brunei Darussalam, pelaksanaan pembelajaran tidak dibebankan pada seorang guru kelas saja tetapi masing-masing guru memiliki beban mengajar satu muatan pelajaran. Akan tetapi, beberapa muatan pelajaran dipadupadankan dalam bentuk topik-topik aktual dan faktual.

Di sini, tiap guru yang terintegrasi muatan pelajarannya akan merumuskan pengembangan pembelajaran berbasis proyek melalui afiliasi yang telah disusun kerangka dasarnya oleh Ministry of Education. Malaysia, hampir sama dengan Brunei tetapi penggunaan tema-tema lebih diutamakan pada penguatan subjek pelajaran.

Tentu saja, lain lubuk lain ikannya. Kondisi demografis Indonesia yang bersuku-suku dan beranekaragamn budaya dan istiadatnya. Kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan.

Bahkan, kondisi historis yang tidak akan pernah lepas dari bayang-bayang penjajahan selama ratusan tahun. Kemandirian rakyat menjadi harapan besar terhadap kemajuan bangsa ini.

Investasi melalui pendidikan adalah satau satu hal pokok dalam membangun peradaban bangsa untuk dapat dipandang lebih terhormat dan beradab baik oleh negara lain maupun dalam konteks global.

Permasalahan pendidikan tidak akan pernah ada habisnya, tapi solusi adalah hal yang paling penting terhadap munculnya berbagai permasalahan dalam proses pendidikan itu sendiri. Semoga ke depan ada lebih banyak kajian yang akan mempertimbangkan kelangsungan proses pembelajaran sebagai implementasi proses pendidikan di satuan pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.

Tetap bertahan dengan model pembelajaran tematik terpadu ataukah menggantinya dengan konsep lain yang (dianggap) lebih baik secara komprehensif melalui pertimbangan matang berbagai faktor dan dimensi.

Oleh : Muhammad Fajri (S.Pd) | Disarikan dari berbagai sumber

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Sal Dan Silpa: Perdebatan Imaginatif Sri Mulyani Dan Purbaya

25 September 2025 - 17:12 WIB

Pentingnya Sabar

4 Juni 2020 - 08:20 WIB

New Normal, Saatnya Jokowi Percepat Agenda Politik

2 Juni 2020 - 17:00 WIB

Pancasila dan Pandemi

2 Juni 2020 - 14:55 WIB

Idul Fitri yang Berbeda

2 Juni 2020 - 07:11 WIB

Trending di Opini Bisnis