Di satu sisi, laju pergerakan penularan dan siklus wabah Corona dapat benar-benar diputus dan hilang dalam waktu 14 hari. Juga, Siswa-siswi kita khususnya di Sekolah Dasar tidak tertinggal pembelajaran yang (seharusnya) didapatkan selama rangkaian waktu berjalan. Keduanya (setidaknya) akan seiring sejalan dengan waktu yang tak pernah menunggu.
Banyak diantara satuan pendidikan melalui ide-ide kreatif gurunya tidak putus akal. Mereka mulai membangun konten-konten digital baik berbasis web, aplikasi, email, sosial media, atau bentuk lainnya untuk mengatasi kondisi tersebut. Dengan dibangunnya konten-konten pembelajaran berbasis digital inilah akan menghilangkan kesan bahwa sekolah diliburkan dan tidak ada proses pembelajaran selama 14 hari.
Di satu sisi, upaya pemerintah dalam menghentikan laju penularan dan wabah corona dapat dihentikan secara signifikan. Di sisi lainnya, proses pembelajaran bagi siswa tetap berjalan sebagaimana diharapkan.
Pada akhirnya, pencapaian kompetensi pembelajaran oleh siswa tetap dapat dicapai melalui proses pembelajaran berbasis digital. Siswa generasi alpha dan juga betha memiliki kecenderungan mudah bosan dengan model kehidupan yang statis dan teknis. Oleh karenanya, pengembangan proses pembelajaran dirasakan lebih menarik manakala disajikan dalam konteks digital.
Berbagai situs penyedia pembelajaran online bahkan menggratiskan biaya dalam kurun waktu tertentu guna mendukung program pemerintah melalui edaran yang dikeluarkan kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Kehidupan saat ini, akan sangat sulit menjauhkan anak dari perangkat gawai dan dunia digital. Oleh karenanya, bukan tidak mampu melakukan hal tersebut tetapi apakah lantas dengan menjauhkan perangkat gawai dari kehidupan anak (khususnya di usia sekolah dasar) akan menjadikan anak kita menjadi lebih baik? Bukan jaminan tentunya.
Salah satu alternatif yang perlu dilakukan adalah dengan membuat integrasi kehidupan dalam konteks digital yang langsung terkoneksi dengan kehidupan dan pembelajaran siswa di sekolah. Dengan menyajikan konten-konten digital melalui perangkat gawai maupun PC dan sejenisnya justru membuat siswa seakan terfasilitasi di samping keinginan juga kebutuhan akademiknya.









