“Antigen itu bisa virus, ada kuman, bakteri, kita kan punya sistem imunitas kita akan mengeluarkan anti body untuk melawan itu ketika ada virus A itu akan terekam penguatan antibody untuk virus a ketika virusnya berbeda itu tidak bisa menditeksi lagi,” tambahnya lagi.
Untuk itu Dr Retno mengatakan bahwa rapid test berfungsi untuk mendeteksi antibodi. Jadi aeseorang yang dinyatakan reaktif positif hasil rapid test, maka perlu menjalani test swab.
“Karena korona virus ada beberapa gen atau ada bebedapa tipenya, ketika hasil rapid test seseorang itu positif, itu tidak spesifik untuk Sars Cov2 yang menjadi penyebab Covid-19,” katanya.
Dr Retno menjelaskan hasil rapid test bisa menunjukan hasil reaktif positif karena bisa saja orang yang menjalani rapid test itu saat di test sedamg dalam.keadaan tidak prima sehingga sistem imunya menurun.
“Jadi bisa jadi dia ada virus tapi bukan Sars Cov2 tapi menunjukan reaktif anti bodynya karena rapid test itu tidak spesifik untuk Sars Cov2,” jelas dia.
Untuk pelaksanaan test swab, dia menegaskan bahwa orang yang dinyatakan reaktif positif Covid-19 belim bisa dipastikan benar-benar terkonfirmasi positif.
Diakui dia, jika rapid test menggunakan sample darah, swab test lebih akurat menggunakan lendir, proses swab dilakukan dengan cara peserta duduk dengan tenang.
Selanjutnya petugas medis akan memasukan alat ke dalam hidung hingga ke belakang tulang hidung.
Tidak hanya dari hidung sample lendir pun diambil dari tenggorokan. Selanjutnya lendir tersebut dimasukan kedalam tabung.
Masih kata Dr Retno, bahwa setelah pengambilan sampel dengan teknik swab maka ampel tersebut diperiksa dengan teknik PCR untuk dilakukan uji spesimen. (*)









