Jakarta – Menteri BUMN Erick Thohir copot Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara atas kasus sepeda Brompton dan motor Harley yang ditemukan di dalam pesawat baru Garuda Airbus A330-900 oleh Bea Cukai beberapa waktu lalu.
“Dengan itu saya Sebagai Kementerian BUMN tentu akan memberhentikan saudara Direktur Utama Garuda,” ujar Erick Thohir seperti dikutip Antara News, Kamis (5/12).
Namun, Erick mengatakan proses pemberhentian itu akan akan melalui prosedur mengingat Garuda merupakan perusahaan publik.
Menteri BUMN Erick Thohir akan memberhentikan Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara terkait kasus sepeda Brompton dan motor Harley yang ditemukan di dalam pesawat baru Garuda Airbus A330-900 oleh Bea Cukai beberapa waktu lalu.
“Dengan itu saya sebagai Kementerian BUMN tentu akan memberhentikan saudara Direktur Utama Garuda,” tegasnya.
Turut hadir dalam konferensi pers tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani, Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi dan tiga anggota Komisi XI DPR RI.
Garuda Indonesia mendatangkan pesawat baru, yakni Airbus A330-900 yang bertolak dari Toulouse, Prancis, pada Sabtu 16 November 2019 dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng pada Minggu, 17 November siang.
Pesawat itu mendarat di hanggar nomor 4 milik Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia. Pihak Bea Cukai pada bagasi ditemukan beberapa spare part motor besar yang tidak diproduksi di Indonesia.
Keputusan Menteri BUMN dinilai Luhut Binsar Pandjaitan sudah sangat tepat. “Saya mendukung upayanya menertibkan aparat yang penyalahgunakan jabatannya dan melanggar sumpah jabatannya,” kata Luhut
Luhut mendukung upaya Erick Thohir dalam menertibkan perusahaan BUMN itu. Menurut dia, pemerintah tentu mengedepankan asas praduga tak bersalah sambil menunggu hasil investigasi yang dilakukan Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. “Tentu kita mengedepankan asas praduga tidak bersalah,” ujarnya
Luhut mengaku masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan Bea Cukai terhadap komponen sepeda motor dan sepeda mewah yang dibawa melalui pesawat Airbus tersebut.
“Jika ini benar dan dibiarkan saja, hal ini bisa mencederai upaya kita yang sedang mempromosikan iklim investasi yang baik dan transparan di Indonesia,” pungkasnya. (*)









