Harian Sederhana, Bekasi – Menjadi guru merupakan cita-cita sejak kecil yang diimpikan Indra Gunawan, S. Pd. I. Cita-cita itu kembali muncul sejak dirinya dewasa dan bersamaan dengan keinginannya menjadi Jurnalis.
Karena itu, lelaki kelahiran Bekasi 8 Juni 1988 memutuskan tak melanjutkan Uji Kompetansi Wartawan (UKW) di Dewan Pers, untuk menjadi Jurnalis, Gunawan memulai profesi sebagai seorang guru.
Lahir dari keluarga kurangi beruntung dari segi ekonomi, karena sang Ayah, Agus Ariyanto berprofesi sebagai seorang sopir angkut barang. Namun karena keinginan agar anaknya dapat pendidikan tinggi, sang ayah rela bekerja keras demi membiayainya mengenyam pendidikan hingga mendapat gelar sarjana S. Pd. I di STAI Attaqwa Bekasi, tahun 2012 silam.
“Alasan itulah yang melatar belakangi keinginan Saya untuk mengabdi bagi bisa dan bangsa dengan menjadi seorang pendidik,” terang Gunawan yang ditemui, Selasa (28/1).
Disisi lain, karena kegemarannya menulis, membuat Gunawan merasa tertarik dengan profesi lain, yakni menjadi seorang wartawan.
“Ketertarikan ini muncul karena kegemaran Saya menulis, terutama setelah ikut bergabung dengan komunitas guru yang bernama ‘Guru Go Blog’,” tuturnya.
Berbekal kegemarannya menulis, Gunawan akhirnya mencapai keinginannya menjadi seorang wartawan.
Awal karirnya dalam dunia jurnalistik, setelah bergabung di Harian Umum Rakyat Bekasi (Jawa Pos Grup). Di koran harian itu dia melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan baru, yang membuat pengetahuannya semakin kaya di bidang jurnalistik.
Persimpangan pilihan untuk meninggalkan profesi guru semakin terlihat nyata. Setelah lama mengajar 4 tahun di SDIT Kun Fayakun, Gunawan direkomendasi untuk menjadi wartawan oleh teman seorganisinya yakni HMI MPO Kota Bekasi oleh Ivan Faizal Affandi.
Rekomendasi itu diberikan oleh salah satu teman organisasinya yang juga aktifis, Ivan Faizal Affandi dimana sebagai Ketua Umum HMI Kota Bekasi.
“Arahannya, Gunawan kelak menjadi wartawan. Dengan menjadi wartawan, minat Gunawan dalam hal menulis akan semakin dapat disalurkan.
Tawaran yang bergengsi, mengingat STAI Attaqwa Bekasi itu merupakan salah satu kampus yang hanya mampu mencetak lulusan sebagai seorang guru saja. Namun, demikian dia pun merubah paradigma tersebut dengan merubah haluan profesianya menjadi wartawan.
Di tengah keraguan itu, menurut Gunawan, dia pun melamar kembali sebagai Guru di SMP Fatahillah, Kebalen, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Lamaran diterima, pihak sekolah malah juga menyiapkan dua mata pelajaran sekaligus.
“Antara mengajar sebagai guru atau menjadi wartawan, dua alternatif yang sama-sama menarik,” kenang Gunawan.
Gunawan kemudian menentukan pilihannya saat berbicara dengan Abuya KH. Hamzah Hamdani disebut Gunawan sebagai orang di balik dirinya untuk menjadi guru kembali.
“Beliau dan orangtua saya lah yang mengubah hidup saya,” demikian pandangan Gunawan yang juga masih aktif menulis di Media Online.
Ada sosok yang semakin memperkuat peran Gunawan kembali di dunia pendidikan dan sebagai guru. Sosok itu adalah Abuya KH. Hamzah Hamdani yang merupakan pimpinan Ponpes Darul Musthafa Jatiasih.
Kembalinya Gunawan pun berkat tawaran temannya kembali mengajar di SMP Fatahillah yakni Bayu Hartono. Tak lama kemudian, dia menemui Bayu Hartono di Babelan untuk mengajaknya ke SMP Fatahillah tujuannya untuk mengajar kembali.
Dirinya pun menambahkan, dengan kembalinya Gunawan sebagai seorang guru, dirinya berharap dapat menjadi Guru Tenaga Kontrak (GTK) di Sekolah Negeri Kota Bekasi karena mengingat jarak yang mudah ditempuh olehnya.
“Berdasarkan pengalaman dan cerita teman-teman, menjadi guru honorer di sekolah negeri dirasa sedikit sulit dibanding sekolah swasta. Bukan karena banyaknya kualifikasi atau hal lainnya, kesulitan tersebut dikarenkan lowongan guru honorer di sekolah negeri jumlahnya terbatas dan biasanya tidak dipublikasikan. Oleh sebab itu, saya ingin menjadi guru kontrak di sekolah negeri,” harapnya.
Mengenai Abuya KH. Hamzah Hamdani, dari sosok itu juga Gunawan belajar banyak untuk menjadi seorang guru. Abuya KH. Hamzah Hamdani menjadi salah satu sosok yang membuatnya mendapat “pencerahan”, dan tidak membuat dia menyesal telah memilih kembali sebagai seorang guru. (*)









