Harian Sederhana, Bogor – Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bogor, atau diusia 12,8 tahun, mulai menghisap rokok. Hal itu berdasarkan hasil riset yang melibatkan responden usia sekolah dari 30 sekolah menengah di Kota Bogor.
“Ini menunjukkan bahwa rata-rata para pelajar mulai menghisap rokok di usia yang sangat muda, yakni 12,8 tahun atau setingkat SMP,” ujar Wali Kota Bogor, Bima Arya, dalam konferensi 4th APCAT Summit, yang diikuti ratusan delegasi dari 12 negara, di hotel Grand Savero, Kota Bogor, akhir pekan kemarin.
Dalam paparan yang mengangkat tema menuju generasi bebas rokok, Bima Arya menyampaikan meskipun regulasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sudah diterapkan, namun masih ada yang merokok ditempat umum, rinciannya 57 persen di sekolah, 69 persen terlihat di pusat perbelanjaan, 46% terlihat di tempat ibadah dan 77% terlihat di restoran atau tempat makan.
Berdasarkan riset, persentase remaja yang mendambakan merokok, relatif rendah tetapi adanya pengaruh dan tekanan dari teman sebaya atau pengaruh gaya hidup yang tidak sehat membuat para pelajar mencoba-coba untuk mulai merokok.
“Hasil riset sebanyak 21% para pelajar mulai menghisap rokok sejak 1 bulan terakhir dan 18 persennya mulai menghisap shisha, vape atau rokok elektrik dalam satu bulan terakhir,” ujarnya.
Selain itu, ditemukan sebanyak 10% remaja merokok karena faktor pertemanan yang menawarkan rokok, 13% karena memiliki keinginan untuk merokok, 2% mendambakan merokok setiap satu jam dan 5% mendambakan merokok setelah bangun tidur,” jelasnya.
Rokok di Bogor, sambung Bima Arya, masih terjangkau dan mudah diperoleh para remaja karena dijual toko-toko kecil atau minimarket yang tersebar di mana-mana.
Hasil riset menyebutkan sebanyak 17% para remaja membeli rokok di toko kecil atau warung, sebanyak 2% membeli rokok di pasar kecil. Sebanyak 23,2% responden menghabiskan kurang dari Rp 11.000 hanya untuk merokok.
Sebanyak 96% mengakui bahwa perokok pasif berbahaya bagi kesehatan, 97 % mengakui bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan, 93% mendukung zona bebas asap di tempat umum tertutup dan 81 persen mendukung penerapan zona bebas asap di tempat terbuka.
Namun demikian, tambah Bima, sebagian besar remaja menyadari bahaya asap rokok bagi kesehatan dan mendukung penerapan zona bebas asap. (*)









