Harian Sederhana, Bogor – Pembangunan proyek Jalan R3 yang tidak dilanjut oleh Pemerintah Kota Bogor, nampaknya menyisakan banyak sekali persoalan. Hal tersebut dikeluhkan oleh warga RW 16, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur.
Menurut ketua RW 16, Priyono, lahan pembangunan proyek yang mangkrak sejak bertahun-tahun silam di sekitaran komplek Mutiara Bogor Raya, kerap dijadikan lokasi maksiat oleh para pemuda.
Bahkan beberapa kali warganya menemukan adanya alat kontrasepsi di lokasi yang tepat berada disebelah komplek perumahan MBR.
“Wah udah gak kehitung itu berapa alat kontrasepsi yang kami temukan. Terlebih kalau kami lagi bersih-bersih di hari Minggu,” ujarnya kemarin.
Selain itu, kondisi jalanan yang gelap dan jauh dari keramaian itu, sambung Priyono acap kali dijadikan sebagai lokasi berkumpulnya para pelajar yang hendak melakukan tawuran.
Beberapa kali warganya mengaku pernah menemukan senjata tajam yang diduga milik pelajar dan disembunyikan dibalik semak-semak.
Ia berharap, Pemerintah Kota Bogor mampu melanjutkan pengerjaan proyek jalan R3 seksi III yang dimulai dari simpang Katulampa menuju ke Wangun.
Sebab, selama proyek itu mangkrak, jalan komplek MBR sering dijadikan akses oleh warga dengan knalpot kendaraan yang berisik, sehingga mengganggu kenyaman penghuni komplek.
“Saya harap ini bisa dilanjut ya. Karena warga sudah tidak tahan lagi dengan gangguan yang terjadi dari mangkraknya proyek ini. Kalau ini tidak juga dilanjut, bukan tidak mungkin kami akan turun lagi seperti yang sudah-sudah,” tegasnya.
Saat dikonfirmasi, Lurah Katulampa, yang baru saja dilantik akhir 2019 lalu, Dicky Iman Nugraha mengaku kesulitan untuk menangani keluhan dari warganya.
Sebab, ia sendiri mengaku sering kucing-kucingan dengan pemuda ataupun pelajar yang sering menjadikan lahan kosong itu untuk nongkrong. “Memang susah, karena mereka (pelajar) juga bukan warga Katulampa,” ujarnya
Untuk meminimalisir adanya gangguan ketertiban umum. Lurah yang terbilang masih muda ini mengaku selalu mengajak warga Kelurahan Katulampa untuk melakukan patroli dan memberlakukan jam malam.
“Kami masih mencoba melakukan pencegahan. Memang semakin lama semakin ramai, karena jalur ini kan jalur alternatif,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas PUPR Chusnul Rozaqi mengatakan, kelanjutan pembangunan Jalan R3 merupakan program priotitas kebijakann.strategis Pemkot Bogor di tahun depan.
Tahun 2020 ini akan diajukan untuk anggaran prmbebasan lahannya, supaya tahun 2021 bisa dianggarkan dan pembangunan Jalan R3 bisa dilanjutkan.
“Karena keterbatasan anggaran di rasionalisasi tahun ini, sehingga tahun ini tidak ada anggaran untuk pembebasan lahan. Kita tetap mengajukan anggaran sesuai dengan usulan renja dinas dan usulan musrenbang kota umtuk pengajuan anggaran pembebasan lahan dari Katulampa ke Wangun,” ucapnya.
Chusnul menyebutkan, anggaran untuk pembebasan lahan sekitar Rp160 Miliar dari Katulampa hingga tembus ke wangun Jalan Raya Tajur. Pembebasan lahan sekitar empat kilometer dan untuk pembangunan jalannya bisa dari bantuan Provinsi Jawa Barat ataupun pusat.
Sedangkan untuk pembangunan jembatan penghubung dari Katulampa ke Wangun akan diajukan ke Kementrian PUPR dan saat ini sedang menyiapkan DED nya.
“Kita berharap tahun depan anggarannya sudah ada sehingga Jalan R3 penbangunannya bisa dilanjutkan. DED nya sedang disiapkan semuanya dan pengajuan anggaran kita mulai lagi di tahun ini. Target kita di tahun 2022 sudah tembus ke Wangun dan bisa dipergunakan,” jelasnya.
Setelah pembangunan Jalan R3 tembus hingga ke Wangun, selanjutnya nanti akan disambut oleh proyek Bogor Iner Ring Road (BIRR). Untuk pembangunan BIRR menghubungkan antara Jalan R3 menuju ke Rancamaya tembus ke BNR dan kawasan Pasir Kuda.
“Jadi setelah Jalan R3 sebagai solusi mengatasi arus lalulintas di Jalan Tajur, nanti akan dilanjutlan oleh BIRR untuk mengatasi kemacetan di Jalan Cipaku hingga ke wilayah Pasir Kuda Bogor Barat. Kita proyeksinya proyek proyek itu bisa terealisasi di tahun depan,” pungkasnya.(*)









