Harian Sederhana, Bogor – Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bogor, Ansurullah menyebut Kota Bogor kekurangan atau krisis guru agama.
Ansurullah menyebut, sekitar 200 sekolah membutuhkan tenaga pengajar di bidang agama untuk membangun karakter dan etika siswa. Menurutnya, faktor krisis guru agama di Kota Bogor disebabkan beberapa hal, dua diantaranya karena setiap tahun pasti ada yang pensiun dan tidak ada regenarasi.
“Faktor kedua, sedikitnya minat menjadi guru agama karena faktor kesejahteraan atau honor yang di terima tidak sesuai dengan harapan para guru karena jauh sekali di bawah Upah Minimum Regional atau UMR,” tuturnya kepada Harian Sederhana.
Karena alasan itu, Ansurullah menantang Wali Kota Bogor, Bima Arya untuk membuat surat keputusan bagi UMR guru agama agar keberlangsungan pengajaran dan pengabdian agama masih ada di setiap Sekolah di Kota Bogor.
Ansurullah pun menyindir Wali Kota Bogor yang selama ini terus mengembangkan hingga pesatnya program Kota Bogor di sektor pembangunan infrastruktur dan pembangunan penataan taman di Kota Bogor dan dia menyebut memang pembangunan infrastruktur sering kali mendapat pujian yang luar biasa dari berbagai pihak.
Namun, Ansurullah mengatakan ada satu sektor yang nyaris terabaikan yaitu sektor pendidikan agama yang ternyata sedang mengalami krisis yang parah, yakni kekurangan guru agama. Menurutnya kekurangan guru agama di Kota Bogor bukan jumlah yang sedikit, melainkan dalam jumlah yang sangat banyak.
“Di Kota Bogor ini, sekolah negeri jumlahnya lebih dari 300 mulai dari SD Negeri, SMP Negeri hingga SMA dan SMK Negeri. Jika saja yang membutuhkan guru agama itu ada 200 sekolah, dikali masing-masing sekolah membutuhkan dua orang, maka kekurangan guru agama di Kota Bogor itu jumlahnya bisa mencapai 400 orang. Itu baru sekolah negeri saja,” kata.
Alasan semakin berkurangnya keberadaan guru agama di Kota Bogor, Ansurullah mengatakan karena banyak dari mereka memasuki masa pensiun. Bahkan Ansurullah menyebut setiap tahun guru Agama itu banyak yang memasuki masa pensiun dan sementara pengangkatan guru agama baru hampir tidak ada.
Kalaupun ada, menurutnya pengangkatan guru agama itu bisa tiga atau empat tahun sekali dan itupun jumlahnya sangat sedikit. “Ini yang mengakibatkan krisisnya guru agama di Kota Bogor, sehingga terjadi ketimpangan antara kebutuhan guru agama dengan ketersediaan tenaga guru agama yang ada,” bebernya.
Ansurullah juga menyampaikan keprihatinannya mengenai masalah honor guru agama yang sangat minim dan dia mengakui sangat prihatin dengan kondisi kesejahteraan guru agama yang memiliki atau menerima honor sangat minim, jauh dari kata layak pendapatan dan dirasakan tidak manusiawi.
Ansurullah juga mengatkan keberadaan guru agama seringkali dimasalahkan, sehingga banyak sekolah yang lebih memilih tidak menyediakan guru Agama dengan berbagai alasan yang di kemukakan pihak sekolah seperti tidak ada anggaran untuk membayar honor guru Agama, dana BOS tidak cukup dan sebagainya.
“Prihatin juga kita dengan nasib para guru Agama, yang kesemuanya ditumpukan pada dana Bantuan Oprasional Sekolah atau BOS,” katanya.
Padahal di era zaman globalisasi yang penuh dengan tantangan dan ancaman ideologi keagamaan. Menurut kajian dan analisanya, Ansurullah menyebut jika guru agama itu tidak ada mau bagaimana dengan nasib pendidikan ahlak, etika, imtaq atau iman taqwa anak-anak bangsa ini kedepannya.
Dia pun menyebut mau seperti apa juga masa depan generasi muda Indonesia ini jika pendidikan agama yang menjadi pilar penting sampai tidak terperhatikan. Ansurullah mencoba memberikan solusi dengan mengatakan dua opsi yang mungkin bisa menjadi solusi krisis guru agama.
Pertama dalam menangani masalah gaji guru agama honorer, Ansurullah menyebut sebelum para guru agama itu diangkat sebagai PNS dan selain bersumber dari dana BOS, sebetulnya pihak sekolah juga bisa mengusulkan bantuan untuk honor guru agama kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bogor.
“Karena di BAZNAS ada program bantuan untuk guru-guru agama. Kan itu bisa dimanfaatkan, berapa besar kemampuan BAZNAS membantu para guru agama ini tinggal disesuaikan saja,” saran Ansurullah.









