Hal penting lainnya dari penambahan kasus positif Covid-19 ini adalah merambahnya ke kecamatan dan kelurahan lain. Jika sebelumnya hanya berpusat di satu kecamatan yakni Kecamatan Gunungpuyuh sebagai klaster institusi negara, kini dua kecamatan lainnya pun terpapar.
“Ini karena sudah merambah ke beberapa kecamatan lain, selain Kecamatan Gunungpuyuh, maka akan kami konsultasikan apakah perlu dinyatakan transmisi lokal atau belum perlu,” ujarnya.
“Tadi sudah disampaikan selama ini masih di satu kecamatan kini sudah merambah ke dua kecamatan lain, ini yang akan kami konsultasikan ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,” katanya lagi.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membeberkan alasan mengapa belum mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk Kota Sukabumi. Padahal, di kota itu ada 300 siswa Setukpa Polri yang dinyatakan positif terinfeksi corona dalam rapid test.
“Jadi istilah kita ada confirm positif, ada positif berdasarkan RDT (Rapid Diagnostic Test). Postif RDT ada yang termasuk di Sukabumi,” tutur Ridwan Kamil seperti dikutip dari kumparan, Sabtu (11/04).
Ia mengatakan, 300 orang siswa Polri itu masih akan menjalani tes swab PCR untuk memastikan kondisi mereka. Selain itu, kata dia, kasus di Sukabumi ini tidak menyebar seperti yang terjadi di Bogor, Depok, Bekasi. Untuk wilayah-wilayah ini, dia sudah mengajukan PSBB sejak 8 April lalu.
“Kalau Sukabumi 300 itu betul betul di satu titik. Jadi PSBB di Sukabumi ini belum urgent, karena kita bisa lokalisir dan pemantau satu kecamatan saja,” ungkap dia.
Pria yang akrab disapa Emil itu menjelaskan, di Jabar, penyebaran corona memiliki karakter tersendiri. Di kota besar dan di kabupaten atau kota kecil.
“Jadi analisis saya, semakin padat kota, dan semakin dekat jarak antar manusianya semakin banyak kasus positifnya. Dan sebaliknya, di kabupaten yang jarak antar rumah bisa 10 meter, jarak manusia lebih jauh, penyebarannya relatif lebih sedikit,” jelasnya. (*)









