Harian Sederhana, Bekasi – Pemerintah pusat dan daerah serta sejumlah pihak sudah mengeluarkan anggaran cukup besar setiap tahun untuk menangani permasalahan sampah. Namun, sampai saat ini upaya tersebut tampaknya belum maksimal.
Hal ini dilihat saat hujan turun, maka sampah akan memenuhi badan sungai dan selanjutnya terbawa sampai ke laut. Hal tersebut diungkapkan Bagong Sutoyo selaku Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNAS), Kamis (14/11).
“Bila sampah tersebut terakumulasi dengan jumlah maka Indonesia disebut sebagai pencemar laut nomor dua setelah China. Rekor dunia ini menurutnya dirilis oleh World Bank dan lembaga internasional lainnya. Hal ini sungguh mengenaskan,” tuturnya.
Sementara itu, lanjutnya, pertambahan sampah yang dibuang ke TPA semakin banyak. Gunung-gunung sampah terus bertambah setiap tahun lantaran tidak diolah. Kondisi TPA ini semakin mengenaskan dan mengancam lingkungan dan kesehatan warga.
“Sebab TPA dikelola dengan sistem open-dumping. Ketika musim hujan terjadi kebakaran, ada TPA yang sampah terbakar atau dibakar dua-tiga bulan, ada yang sampai tujuh bulan,” bebernya.
Bagong menilai, hal ini terjadi sebab tidak memiliki SOP. Karenanya saat musim hujan, sampah akan longsor dan mengalir langsung ke tanah, drainase dan kali karena tidak punya IPAS, jika alakadarnya.
“Untuk itu kami meminta kepada Pak Presiden agar program pengolahan maupun pengurangan sampah jangan hanya di atas kertas. Target penanganan pun harus jelas. Teknologi yang disediakan pun saat ini hanya sekedar pajangan atau etalase bahwa anggaran proyek telah diserap atau direalisasikan,” bebernya.
Karena permasalahan sampah di Indonesia tergolong serius, Bagong meminta kepada Presiden agar melakukan refolusi mental, perilaku dan sistem pengelolaan sampah yang buruk selama ini.
Permintaan ini tentu mendasar, lantaran ia menilai ada suatu penyakit yang menempel pada mental dan sistem pengelolaan sampah harus dioperasi total. Jika tidak disuntik mati sistem itu maka boleh jadi Indonesia tidak bisa keluar dari kerangkeng permasalahan sampah.
“Presiden harus membentuk tim khusus guna mereformasi tata kelola sampah dan menempatkan orang-orang yang tepat, cepat, berani dan nekad. Pembenahan total pengelolaan sampah bagian sangat penting dari Gerakan Indonesia Maju,” kata Bagong.
Apalagi pada era 4.0 terjadi perkembangan luar biasa yakni berkembang dan merebaknya titik-titik pembuangan sampah liar atau ilegal. Merupakan suatu prestasi tersendiri yang tidak bisa ditolak oleh zaman dan peradaban bangsa Indonesia.
“Hal ini akibat pertumbuhan penduduk, pembangunan, industri, dan lain sebagainya. Juga gaya hidup dan pola komsumsi boros material yang berimplikasi bertambahnya sampah dan limbah,” tutup Bagong. (*)









