Harian Sederhana, Bekasi – Kumpulan Betawi Bekasi Raya (Kumbesi) menjadi komunitas yang diandalkan para seniman Bekasi. Pengembangan budaya bermuatan kearifan lokal terus dipacu untuk membendung budaya asing di era media sosial tanpa batas.
Jackoneza salah satu pelaku seni Kumbesi beranggapan pengembangan seni budaya Kumbesi benar benar terkondisikan melalui program kerja. “Fokus mengarah pada upaya membendung budaya asing — ditambah makin pudarnya generasi muda kita cinta budaya tradisi nenek moyang,” kata Jack panggilan akrab Jackoneza.
Program periodik komunitas seni Kumbesi lanjut Jack bersifat kondisional . Biasanya anggota Kumbesi hanya berlatih saat ada milad. “Pencak silat berlatih kekompakan saja karena mereka sudah pintar jurus sehingga hanya digenjot kompak penampilan di panggung ,” cetus Jack lagi.
Milad Kumbesi yang saat itu berkumpul sekitar 15.000 anggota pun budaya lokal dominan ditampilkan. “Konsep saling membantu hingga benar ibarat seperti satu keluarga menyebar slogan jawara,” lanjut Jack.
Jawara dalam Kumbesi memiliki artian baru yakni Jauh-jauh banyak saudara. Hal ini menjadi tekad yang terus menerus mengembangkan budaya milik sendiri . “Sambutan antusias kian meningkat tanpa membebani karena masing masing mempunyai kewajiban saling membantu melestarikan budaya lokal,” tekad Jack bangga .
Optimisme Kumbesi berlanjut dengan aktivitas positif. Menyambut hari Ibu pun agenda besar siap dilakukan Kumbesi dengan melibatkan kaum ibu tentunya. “Ada aktivitas yang tak kalah menariknya yakni pembuatan pin golok oleh komunitas Kumbesi yang tak sembarang orang bisa,” ungkap Jack pria berputra tiga anak.
Informasi yang disampaikan Jack bahwa pin golok sangat diminati konsumen. Meski harga tergolong murah namun sentuhan seninya tinggi.(*)









