Harian Sederhana, Bekasi – Pekerjaan Rehabilitasi Total Gedung SDN Margahayu XIII, Bekasi Timur, Kota Bekasi, hingga tahun 2019 berakhir belum selesai dilaksanakan.
Bahkan, pekerjaan hingga Januari 2020, proyek yang bersumber dari APBD Kota Bekasi 2019 dengan nilai Rp. 2.324.845.000,- itu masih juga dikerjakan. Namun lagi-lagi, belum juga selesai.
Akibatnya, pihak sekolah selaku pengguna bangunan terpaksa masih harus menyelenggarakan kegiatan belajar mengajarnya hingga tiga shift karena ketidakcukupan ruangan.
“Bangunan ini belum kelar, mangkrak. Tanggal 24, 25 Desember mereka masih kerja. Pun begitu pada Januari masih kerja. Belum ada kejelasannya kapan bangunan itu rampung guna didaerah terima kan,” ujar Nasan, Kepala Sekolah SDN Margahayu XIII, kepada Harian Sederhana saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (23/1).
Merasa sangat memerlukan ruangan untuk kegiatan belajar mengajar, Nasan mengaku sudah menemui pihak pelaksana. “Kita sampai tiga shift, pak. Saya nungguin ini,” ucapnya kepada pelaksana saat itu.
Di satu sisi, lanjut Nasan, dirinya merasa khawatir terkait siapa yang bertanggungjawab jika suatu saat bangunan sekolahnya rubuh.
“Ngeri, pak. Siapa yang bertanggungjawab kalau entar bangunannya rubuh, kepala sekolah setidaknya kan, harus mengetahui?” ujarnya bertanya.
Perihal kondisi bangunan yang mangkrak tandas Nasan, sudah diketahui pihak dinas terkait. Baik itu Dinas Pendidikan maupun Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Pertanahan (Disperkimtan).
“Kepala Dinas Pendidikan, Inayatullah, Kabid Bina Program, Krisman dan Sayuti dari Perkimtan sudah mengunjungi sekolah itu,” ungkapnya.
Namun demikian, sambung dia, pihaknya sedang membuatkan laporan resmi yang ditujukan kepada dua instansi itu.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Program Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Krisman saat dihubungi, mengakui akan mangkalnya bangunan dua lantai dengan 10 lokal itu.
“Ya gedung itu belum diserah terimakan, makanya belum dapat digunakan untuk proses belajar mengajar,” papar Krisman.
Ditanya dampak dari belum dapat digunakannya bangunan tersebut, akibat mangkrak, Krisman mengaku pihak sekolah terpaksa mengunakan sistem shift.
“Saat ini sekolah memiliki 6 lokal kelas, dengan jumlah murid 556. Jadi jika gedung itu sudah dapat digunakan, maka pihak sekolah tidak lagi memberlakukan sistem shift,” tutur Krisman, Senin (27/1).(*)









