Idris menceritakan asal mula sampai ada wacana usulan pembangunan LRT di Kota Depok, yaitu dimulai dari kedatangan seorang pakar desain tata kota asal Italia ke UI. Saat itu, dirinya melihat kemacetan di Margonda dan mempertanyakan mengapa tidak menerapkan transpotasi berbasis rel.
“Singkat ceritanya, omongan itu terdengar oleh Pak Bambang (Kepala BPTJ). Pak Bambang ketika diklat ketemu Pak Dadang (Kepala Dishub Depok) disampaikan omongan pakar Italia tersebut. Menurut dia secara kasat mata mungkin. Kalau begitu dilakukan saja feasiability study. Akhirnya diundanglah pakar dari UI, transportasi, termasuk pendesign LRT. Kemudian dilakukan feasiability study, dilihat dari sisi lokasi dari ujung ke ujung, jalannya seperti apa, kontur tanahnya, kelembapan tanahnya,” paparnya.
Selanjutnya, wacana ini disampaikan ke Kementerian Perhubungan. Merasa info itu menarik jika ada LRT di kota metropolitan, Kementerian Perhubungan mengundang Depok untuk melakukan ekspose.
“Makanya sehubungan akan dilakukan revisi RTRW, begitu juga Provinsi Jawa Barat akan disampaikan feasiability studynya. Ini proses masih jangka panjang. Kalau Presiden bisa memasukannya sebagai PSN (Proyek Strategis Nasional), bisa dikerjakan,” katanya.
Orang nomor satu di Kota Depok ini menyebut, untuk wacana pembangunan transportasi berbasis rel ini berdasarkan kajian feasiability study, satu zona biayanya sebesar Rp 3 triliun. Dimana akan ada empat zona atau koridor transportasi berbasis rel yang akan dibangun maka dana yang dibutuhkan sekitar Rp 12 triliun.
“Satu zona itu kan (biayanya) Rp 3 triliun, kalau 4 berarti 3×4, Rp 12 triliun, kan kebanyakan, enggak punya duit maka akan kita jual konsepnya ke investor,” kata Idris.
Meski begitu, wacana ini dikatakan Idris belum sampai ke Presiden, bahkan ke menteri pun belum. Namun, dirinya optimis Depok dapat memiliki transportasi publik berbasis rel tersebut. “Harus optimis, ukurannya ya feasibility study itu, yang kedua ya soal duitnya,” ujar Idris.
Seperti diketahui, Wali Kota Depok, Mohammad Idris belum lama ini bertemu dengan Sekjen Kemenhub perihal membahas wacana tersebut. Salah satu usulan Pemkot Depok ke pemerintah pusat adalah pembangunan empat koridor transportasi publik berbasis rel.
Empat koridor transportasi berbasis rel yang akan dibangun antara lain, koridor 1 sepanjang 10,8 KM yang dimulai dari Transit Oriented Development (TOD) Pondok Cina sampai Stasiun LRT Cibubur, koridor 2 sepanjang 16,7 KM dari TOD Depok Baru sampai Cinere dan diharapkan dapat terkoneksi dengan stasiun MRT Lebak Bulus.
Kemudian, koridor 3 sepanjang 10,7 KM mulai dari TOD Depok Baru sampai Bojongsari, serta koridor 4 sepanjang 13,8 KM mulai dari TOD Depok Baru sampai TOD Gunung Putri. (*)









