Harian Sederhana, Depok – Luar biasa, mungkin itu yang bisa diucapkan kepada R. Lastriana pemilik usaha makanan khas Jawa Timur di Permata Depok Sektor Jamrud Blok C 2/24, RT02/07. Pasalnya, kegigihan untuk mengembangkan bisnis yang dibangun dari bawah patut diacungi jempol.
Kepada Harian Sederhana, Lastri sapaan hangatnya menceritakan sempat mendorong gerobak seorang diri ketika awal meniti usaha, berjualan soto ayam.
“Awalnya jualan soto ayam pakai gerobak dari rumah menuju tempat dagang dan saya mendorong sendirian, dulu modalnya hanya Rp 200 ribu. Buka hanya hari Sabtu dan Minggu saja,” tutur Lastri, Minggu 11 Agustus 2019.
Pelanggan yang menyukai makanan buatan Lastri terus berdatangan, inovasi menu dagangan juga terus dikembangkan guna menarik minat pembeli. Seperti Soto Daging, Rawon, SOP Iga, Rujak Cingur, dan Gulai Kambing.
“Jadi, itu tahun 2015 saya dagang ga pernah lama dari pukul 10.00 WIB – 11.00 WIB, pemilihan menu juga tidak sekaligus tapi bertahap dan ternyata selalu habis,” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, wanita berhijab ini mengaku telah memiliki amunisi keuangan yang cukup dan memilih untuk pindah usaha ke Ruko. Tentunya, variant menu makanan ditambah.
Beberapa produk racikan dengan menggunakan tehnik ulek seperti tahu campur, rujak cingur, ayam goreng, tahu telur bumbu petis, bumbu kacang menjadi menu andalan.
“Alhamdulillah, banyak yang suka juga nah Ruko itu, menjadi rumah yang kini kami tempati,” bebernya.
Memantapkan usahanya, Lastri kini mendaftarkan menu makanan hasil ciptaannya ke aplikasi Gojek dan Grab Food. Sejak tahun 2012, kondisi bisnisnya semakin memperlihatkan kemajuan.
Namun, terkadang Lastri merasa bosan dengan segala urusan dan aktifitas yang dijalaninya selama ini. Ada satu penyemangat hidupnya saat itu yaitu sang buah hati masih membutuhkan biaya sekolah.
“Saya tidak mau nyusahin suami, kebetulan sudah tidak bekerja sejak tahun 2012 lalu. berapapun penghasilan yang saya peroleh disyukuri,” jelasnya.
Kemudian, seiring berjalannya waktu Lastri mulai diperkenalkan dengan Komunitas Usaha Menengah Kecil Berbasis Masyarakat atau UMKM. Disitu dirinya semakin mengasah kemampuan dan membangun insting bisnis secara mendalam.
“Kebetulan saya juga kader kelurahan. Awal masuk kader, saat saya jadi Bu RW diminta lomba bawa nama kelurahan, alhamdulillah menang,” tegasnya.
“Beberapa kali bawa piala buat kelurahan akhirnya masuk Pokja 3 bidang sandang, pangan dan papan,” pungkasnya. (*)









