Harian Sederhana, Bekasi – Masyarakat di Kabupaten dan Kota Bekasi menderita sejumlah penyakit selepas dilanda bencana pada Rabu (01/01). Sebanyak 5.587 warga Kota Bekasi dan 1.800 di Kabupaten Bekasi terjangkit beragam penyakit pascabanjir berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezy Syukrawati menuturkan ada 5.587 warga Kota Bekasi menderita penyakit. Angka tersebut adalah data dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi terhadap kunjungan warga ke Posko Kesehatan selama sepekan hingga Rabu (08/01).
Total Posko Kesehatan meliputi 42 puskesmas, posko kesehatan terjadwal di 100 titik banjir dan lokasi pengungsian, masjid-masjid di dekat titik banjir, dan 41 kantor layanan publik di Kota Bekasi.
“Kasus tertinggi penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) sebanyak 1.583 warga atau setara 24,2 persen laporan. Lalu disusul penyakit kulit 990 warga, setara 17,7 persen laporan,” tuturnya kepada wartawan, Kamis (09/01).
Dezy berujar, tingginya penyakit ISPA lantaran kondisi lingkungan tempat tinggal yang buruk pascabanjir. “Jadi tidak secara langsung mengidap ISPA, tetapi karena kelelahan, lalu situasi lingkungan yang jelek, serta daya tahan tubuh yang menurun, membuat gampang perkena penyakit termasuk ISPA,” ia menjelaskan.
Dezy memastikan, belum ada laporan penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis yang umumnya muncul selepas banjir. Meskipun begitu, ia mengimbau agar warga mengantisipasi kemungkinan terserang tiga penyakit di atas.
“Termasuk juga mengantisipasi cikungunya, hepatitis, tiroid, dan berbagai penyakit lain yang disebabkan oleh virus,” kata Dezy.
Terpisah, Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Bekasi, Wawan Hernawan membenarkan ada 1.800 warganya terjangkit penyakit paska bencana. Penyakit yang menyerang korban banjir itu di antaranya penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), nyeri otot (myalgia), hingga sakit kepala.
“Jenis penyakit yang dialami korban banjir ini berdasarkan data yang diterima Dinas Kesehatan dari 44 Puskesmas. Dari tanggal 2 Januari melayani 1.000 pasien. Kemudian setelah itu kembali melayani 800 pasien jadi totalnya 1.800 pasien yang telah dilayani puskesmas,” tuturnya.
Selain jenis penyakit itu Dinkes juga mewaspadai penyakit pascabanjir lainnya seperti hipertensi dan jantung sebab keduanya sangat dimungkinkan menyerang korban banjir yang mengalami stres lantaran seisi rumahnya terendam banjir.
“Stres itu yang memicu penyakit hipertensi dan jantung. Oleh karena itu Puskesmas sudah jalan mengantisipasinya dengan menyiapkan obat-obatan,” katanya.
Sementa itu Kepala Dinkes Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti mengatakan, sejak musibah banjir melanda pihaknya langsung bergerak dengan memberikan bantuan logistik dan kebutuhan lainnya kepada para korban banjir.
“Bersama puskesmas, UPTD, dan organisasi profesi kita sudah turun ke lapangan. Kami mengumpulkan makanan, minuman, dan pakaian layak pakai, susu, serta popok bayi dan pembalut untuk diberikan ke tempat-tempat yang terkena banjir,” katanya.
Banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Bekasi sejak awal Januari 2020 kemarin tidak hanya menyebabkan warga terserang penyakit tapi juga ikut merendam satu Puskesmas di wilayahnya.
“Puskesmas Setiamekar Kecamatan Tambun Selatan juga ikut terendam namun saat ini sudah beroperasi kembali,” tandasnya. (*)









