Harian Sederhana, Bogor – Untuk memutus mata rantai penularan wabah virus covid-19 yang hingga saat ini trennya masih tinggi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus melakukan rapid test masal secara masif.
Pada kegiatan rapid test yang dilakukan di Jalan Bata Pasar Bogor, Senin (11/5) ada sekitar 500 orang. Kegiatan tersebut melibatkan Perumda Pakuan Jaya (PPJ). Dan kegiatan kali ini juga berkolaborasi dengan Staf Khusus Badan Intelejen Negara (BIN).
Kepala Staf khusus BIN Mayor Jenderal (pur) Neno Hermiano mengatakan, pihaknya terus mengikuti kegiatan dari satu tempat ke tempat lain, khususnya menjagkau wilayah keramaian.
Tujuanya kata dia, untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid -19. Menurutnya kegiatan tersebut merupakan gabungan antara BIN, BNPB, Dinkes dan lain-lain.
“Ya, kita melakukan uji memindai suhu secara otomatis kemudian rapid test, apabila ada yang positif kita lanjut dengan pcr. Mudahan-mudahan kita tidak ada yang positif supaya kita merasa tenang,” katanya.
Ditempat yang sama Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, kegiatan tersebut merupakan
Strategi untuk menangani covid-19 yang sangat tergantung pada seberapa masif melakukan tes baik rapid maupun swab.
Kedua lanjut dia, seberapa cepat mendapat hasilnya. Sebab pemberlakuan Pembatasa Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak ada artinya kalau tidak diimbangi dengan tes massal. “Rapid test tidak bisa berdiri sendiri korelasinya, validasinya tidak seakurat swab,” kata Bima.
Dia mengucapkan terima kasih sekali karena dibantu oleh BIN untuk melakuka rapid test dan ditindak lanjuti denhlgan swab apabila ada indikasi reaktif.
“Ini akan kita lakukan rutin baik dari bantuan provinsi, maupun BIN. Kita berharap kembali lagi untuk melakukan rapid di titik-titik lain di Kota Bogor,” ungkap Politisi PAN itu.
Masih kata dia, ada dua titik yang menjadi epicentrum penyebaran utama virus covid-19 adalah stasiun dan pasar. “Di stasiun insya allah kita sedang buat aturan untuk megatur penumpang untuk pembatasan luar biasa ketat,” ujarnya.
“Nah pasar ini agak repot masih banyak pelanggaran sosial distancing juga dalam ekonomi yg tdk dikecualikannya,” tambah dia
Namun kedepan lanjut dia, frekuensinya akan ditinggikan. Kalau ada yang bilang relaksasi tidak benar, kurva memang cenderung melandai tapi belum aman. “Bisa jadi ledakan menjelang lebran, kalau kita longgar pasti meledak,” tandas Bima. (*)









