Harian Sederhana, Bekasi – Pengrajin Tahu, Tempe dan Tauge merasa kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Bahkan, mereka mengaku, saat menjalankan proses sebagai pengrajin, kehadiran pemerintah sangat dinantikan.
Demikian diutarakan beberapa pengrajin, yaitu Sakim, Jusup serta Muhtarom, saat ditemui di bilangan Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Kamis, (19/3).
Padahal menurut Sakim, bagaimanapun komunitas pengrajin tahu, tempe dan tauge telah menciptakan lapangan pekerjaan.
“Pemerintah harus hadir, karena kami telah menciptakan lapangan kerja sendiri. Sehingga pemerintah harus support,” kata Sakim kepada Harian Sederhana.
Support yang diharapkan lanjut Sakim, yang dapat diberikan dari pemerintah adalah permodalan. “Apalagi warga sini sebagian besar nasabah Bank BNI. Sehingga wajarlah jika usulan modal bisa disikapi oleh milik pemerintah itu,” pinta Sakim.
Sementara Jusup lebih menjelaskan teknis saluran limbah. “Semenjak tahun 1985 sudah bermukim di sini dengan warga tergabung sebagai pengrajin tahu, tempe, tauge.
Bahkan ada yang beternak kambing dan sapi. Wali Kota kata dia, bahkan berencana ke sini. Namun karena adanya larangan dampak Corona maka warga kian terpuruk,” tandasnya.
Meskipun kehadiran Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi ditunda, terang Jusup, menjadikan jaminan akan kegiatan pengrajin tidak ada kesalahan.
“Sebelumnya Wali Kota berjanji meresmikan Kampung Pengrajin Tahu, Tempe dan Tauge. Tapi terkendala Conora,” ungkap Jusup.
Terpisah, Ketua RT Muhtarom mengatakan, terkait dengan buangan limbah, pihaknya terkendala pembuangan pisah-pisah.
“Kendala terpisah pun menjadi hambatan bahwa pengrajin tahu tidak berjalan satu deret, namun selang seling. Sehingga kian mempersulit pembangunan bak kontrolnya,” paparnya. (*)









