Harian Sederhana, Bogor – Unit Reserse Kriminal Polsekta Bogor Utara masih melakukan pengejaran terhadap tiga pelaku pembacokan MZ (16), warga Aezimar RT 03/RW 03, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, di tikungan Jalan Pandu Raya, beberapa waktu lalu.
Diketahui, MZ tewas akibat sabetan senjata tajam jenis celurit akibat diserang oleh kelompok nongkrong yang menamakan dirinya Layang Street (LS).
Kepala Unit Reskrim Polsekta Bogor Kota, AKP Yuddi mengatakan bahwa ketiga pelaku tersebut saat ini masih dalam pengejaran polisi. Ketiganya diduga sebagai otak dari penyerangan dan pembacokan MZ. “Mereka masih kami dalami keberadaannya,” ujarnya, Selasa (18/2).
Menurut dia, ketiga pelaku yang sudah dikantungi identitasnya itu, masing – masing berinisial M, T dan A. “Identitas sudah dikantungi. Nanti kalau sudah ada perkembangan pasti akan kami infokan lagi,” ucap AKP Yuddi.
Lebih lanjut, kata dia, saat ini pihaknya telah menahan tiga tersangka berinisial MI, OM dan RW. “Saat kejadian mereka ada di TKP, mengetahui dan melihat kejadian tersebut,” ungkapnya.
Seperti diketahui dalam peristiwa tawuran yang belum lama terjadi, merenggut nyawa seorang pemuda MZ (16) warga Arzimar RT 03/RW 03, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara meregang nyawa akibat sabetan senjata tajam.
Menangapi aksi sadis itu, Anggota DPRD Dapil Bogor Utara, Saeful Bakhri menilai kejadian tersebut murni merupakan tindak kriminal yang harus diungkap dengan terang benderang oleh polisi.
“Saya sangat prihatin dengan kejadian ini. Harusnya pemerintah konsisten menjalankan patroli 24 jam dan memasang CCTV di lokasi rawan bentrokan,” ujarnya.
Menurut dia, pemerintah harus segera menerapkan jam malam di Kota Bogor dan memberikan sanksi tegas kepada mereka yang kerap nongkrong di pinggir jalan. “Harus ada jam malam, karena tren tawuran ini bergeser dari siang ke dinihari,” ungkapnya.
Politisi PPP ini menuturkan, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan Komisi IV, tren tawuran kini bergeser dari antar sekolah ke antar kelompok tongkrongan.
“Jadi mereka ini rata-rata usia sekolah, tapi tak bersekolah agi. Kemudian nongkrong di satu tempat, dan menamai kelompoknya,” ungkapnya.
Saeful menuturkan, dari data yang dikantungi pihaknya di Kota Bogor terdapat puluhan kelompok nongkrong, yang anggotanya berasal dari anak sekolah dan non pelajar. Baik perempuan maupun laki-laki. “Jadi campur ada perempuan ada laki, tapi yang biasanya tawuran itu yang laki,” ucapnya.
Saeful menilai bahwa untuk memutus mata rantai tawuran antar kelompok tongkrongan, peranan orangtua sangat vital. “Disini peran orangtua sangat vital. Jangan dibiarkan anaknya keluar malam terus, dan harus sering mengontrol gadgetnya,” jelasnya.
Sementara itu, ayah MZ, Abdulah meminta pemerintah menerapkan jam malam di Kota Bogor. Sebab, peristiwa serupa yang telah merenggut korban jiwa sudah tidak bisa ditolerir lagi. “Saya meminta DPRD agar mendorong pemerintah menerapkan jam malam,” kata dia saat ditemui di kontrakan petaknya.
Ia juga mengaku mendapat kabar tersebut dari kerabatnya. “Saya nggak sanggup melihat jenazah anak saya,” ungkapnya sambil menangis.
Diakuinya saat kejadian anaknya bersama sang kakak, Reyhan (17) ingin pergi ke mushola untuk solat subuh. Lantaran letak musola berada di belakang kampungnya, MZ dan Reyhan memilih memotong jalan melalui tikungan Pandu Raya.
“Kemudian, pas di tikungan teman saya dua motor yang berboncengan tiga sudah dikejar, dan yang satu abis bensin jadi distep. Karena kita paling belakang, kami dicegat lalu diserang,” katanya.
Kemudian, sambung Reyhan, ia langsung menancap gas, namun terjatuh. Kemudian, penumpang di angkot turun membawa celurit.
“Jadi angkotnya menghadang kami. Lalu saya melarikan diri, karena ingat adik. Jadi balik lagi. Ternyata adik saya sedang dikeroyok. Tapi pelakunya tak terlihat karena kondisi gelap,” pungkasnya. (*)









