Harian Sederhana, Bogor – Lima hari setelah hujan deras mengguyur wilayah Jabodetabek yang menyebabkan banjir bandang, sejumlah masyarakat kabupaten Bogor yang hilang dan menjadi korban bencana alam banjir hingga kini belum ditemukan.
Karenanya, Tim DVI Polres Bogor dan Biddokkes Polda Jabar melakukan pengambilan sampel pembanding Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) keluarga korban bencana alam tersebut.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi ditemukannya tiga orang warga Kampung Pasir Harapan Desa Harakat dari bencana alam banjir bandang dan longsor yang terjadi Rabu (1/1/2020) kemarin.
Tim DVI Polres Bogor yang di pimpin oleh ASN Penata Tk 1 Dr. Elynda Vidiyana Ekawati,MARS dan Tim DVI Biddokkes Polda Jabar yang dipimpin oleh dr Reza Bayu melakukan pengambilan sample DNA sebagai DNA pembanding apabila nanti ditemukan korban.
“Kami bersama dengan Tim DVI Biddokes Polda Jabar melakukan pengambilan Sample DNA kepada para keluarga korban, pengambilan Sample DNA tersebut Kami ambil salah satunya lewat Buccal Swab sebagai sumber data primer untuk Identifikasi Korban,” kata dr. Elynda Sabtu (4/1/2020).
Ia menerangkan data Primer ini diambil dari sidik jari, DNA dan bentuk gigi geligi odontogram, sedangkan untuk data sekunder itu berdasarkan tanda tanda fisik di Korban semasa hidup misalnya bekas luka, tahi lalat, tanda lahir, tato, atau tanda fisik yang khas dimiliki korban semasa hidup.
“Pengambilan DNA untuk data primer ini diambil dari orang tua kandung atau saudara kandung yang diduga korban”, terangnya.
Elynda menjelaskan bahwa tindakan pengambilan data pembanding DNA ini bertujuan untuk membantu analisa identitas korban bencana.
“Apalagi para korban ini kan sudah tertimbun lebih dari empat hari sehingga untuk proses identifikasi korban bisa sangat sulit sekali karena rusaknya jasad korban,” jelas Elynda.
Selain pengambilan data pembanding DNA para keluarga korban yang diduga masih tertimbun ini, tim DVI pun melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para pengungsi di tempat pengungsian dan ditempat fasilitas umum sekitar pengungsian.
“Karena akses jalan untuk ke posko pengungsi sangat susah sehingga kami kerahkan segala upaya untuk pelayanan kesehatan agar bisa menjangkau seluruh pengungsi termasuk dengan kendaraan roda dua agar lebih maksimal untuk masyarakat,” pungkasnya. (*)









