Harian Sederhana, Bogor – Dalam peringatan moment Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada 20 Oktober 2019 akan sedikit berbeda, pasalnya Gerakan Pemuda (GP) Ansor anak mengumpulkan 3.000 santri se Kota Bogor dan memberikan suprise bagi santri dan para kyai.
Hal itu diungkapkan Ketua GP Ansor Kota Bogor Rahmat Imron Hidayat saat melakukan kunjungan beserta jajarannya ke Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jalan Kesehatan, Nomor 4 Kecamatan Tanah Sareal, Kamis (19/8) sore.
Selain melaksanakan rangkaian peringatan HSN dihari yang sama juga akan digelar Konferensi Cabang (Konfercab) ke VIII untuk melanjutkan estapet kepemimpinan GP Ansor Kota Bogor periode 2019 – 2023.
Menurut Gus Romy sapaan akrabnya ketua GP Ansor itu termonologi santri itu luas bukan hanya ngobong, tetapi bisa mengelola organisasi bahkan masuk ke pemerintahan.
“Kita ajak semua stakeholder, karena pada dasarnya santri itu bukan hanya belajar agama tetapi bisa mengelola organisasi dan pemerintahan,” kata Romy
Diakui Romy, GP Ansor memiliki program untuk memperjuangkan kesejahteraan guru ngaji, selain itu juga fokus menyoroti tentang LGBT dan prostitusi online yang hingga saat ini belum terpecahkan masalahnya sama pemerintah.
“Kedepan Komisi Rekomendasi GP akan mengusulkan bebrapa poin untuk merevisi Perda diniah tak’miliah, salah satunya untuk menaikan nilai kesejahteraan guru ngaji dan infrastruktur lembaga pendidikan keagaamaan,” jelasnya.
Masih kata dia, saat ini pemerintah telah memberi insentif buat para guru ngaji, nilainya Rp100 ribu perbulan dan dicairkan per triwulan. Tetapi kata dia kalau dilihat dari APBD kesejahteraan guru ngaji sangat kecil dan idealnya minimal Rp1 juta perbulan.
“Kalau dilihat, secara garis banding lurus insentif guru ngaji sangat jauh dengan biaya operasional baik dengan eksekutif maupun legislatif,” cetusnya
Padahal lanjutnya, guru ngaji itu merupakan pondasi atau benteng akidah bagi manusia khususnya umat muslim, karena mereka lah yang menanamkan budi pekerti dan akhlak baik.
“Selain itu, untuk infrastruktur majlis tempat pengajian ataupun tempat ngaji anak-anak juga masih minim karena rata-rata masih di rumah guru ngaji,” tandasnya.
Sementara Steering Committee (SC) Hari Santri Nasional, Budi Kurniawan mengatakan, bahwa peringatan HSN tahun ini menginjak tahun keempat setelah pemerintah menetapkan HSN jatuh setiap tanggal 22 Oktober pada 2015 lalu.
“Insya Allah sudah terjadwal pada tanggal 20 Oktober nanti akan memperingati HSN. Pada kesehatan tahun ini kami memberikan kado terbaik buat para santri dan kiai khususnya di Kota Bogor,” kata Budi.
Budi melanjutkan, sehari sebelum puncak acara atau pada 19 Oktober 2019, GP Ansor mengawali dengan melaksanakan Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD). Kegiatan ini akan diikuti 300 kader Ansor terbaik perwakilan dari enam kecamatan di Kota Bogor.
“Besoknya tanggal 20 Oktober, 300 kader ini akan turut serta dalam acara HSN sekaligus pembukaan konfercab GP Ansor. Tahun ini sedikitnya akan melibatkan 3.000 santri dan 200 lebih alim ulama se-Kota Bogor,” imbuhnya.
Sementara Ketua PWI Kota Bogor Arihta Surbakti Utama mengaprsesisi GP Ansor yang telah melakukan kunjungan ke PWI. Mengenai esensi kegiatan yang disampaikan kata dia, banyak kesamaaan baik dengan PWI mauapun harisn sederhana.
“Ya ini harus disinergikan, karena program atau kegiatan-kegiatan GP Ansor banyak kesamaan. Karena konsep media Harian Sederhana itu mejadikan media ke umatan kebetulan Pimpinan Umumnya juga seorang santri,” kata Ari sapaan akrabnya.
Secara prinsip lanjutnya, tujuan ini telah dijalankan, mislanya untuk memerangi kasus LGBT di Depok berkat dorongan media, kini telah diterbitkan payung hukumnya. “Bahkan sebelum menjadikan Perda telah diterbitkan Perwali, dan kita punya harapan ketika GP ansor konsen dikontek ini,” jelasnya.
Dia menambahlam, orientasi dari keonfercab tidak hanya seremonial saja tetapi harus ada hasilnya sama halnya dengan di organisas yang dipimpinnya. Selain itu kata dia, Insentif guru ngaji seharusnya jauh lebih besar karena tugasnya juga besar yakni benteng akidah. Tapi harus di lihat kemampuannya APBD, sebab kalau dilihat guru ngaji lebih cenderung ke pengabdian.
“Kewajiban untuk kita mendorong dan mensinergikan program tersebut supaya ke depan bisa lebih baik, secara full saya suport itu,” pungkas pria yang juga Pimpinan Redaksi dari Koran Harian Sederhana itu.
(Asep Supriyanto | MA.Mutradho)









