Harian Sederhana, Depok – Hujan dengan itensitas tinggi melanda Kota Depok dan sekitarnya, beberapa wilayah terdampak banjir salah satunya Jalan Utan Kayu, Kelurahan Citayam Kota Depok.
Dari informasi yang dihimpun Harian Sederhana, sekitar pukul 20.58 WIB, Rabu 28 Agustus 2019 volume air dengan ketinggian sebatas dada orang dewasa (1,5 Meter) masing menggenangi jalan utama penghubung antara Kota Depok dan Kabupaten Bogor tersebut.
Terlihat, warga yang baru pulang bekerja harus berhenti dan memarkirkan kendaraannya karena air banjir masih cukup tinggi.
Tim Tagana maupun Dinas Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran (DPPK) Kota Depok, telah datang ke lokasi. Perahu karet diterjunkan sebagai alat transportasi warga melintasi banjir.
Hendra, salah satu anggota Tagana Kota Depok yang tengah bertugas mengatakan kurang lebih 300 KK terdampak banjir tersebut. Mereka tinggal di dua RT yaitu RT 02 dan RW 04.
“Sampai saat ini, memang air banjir masih tinggi sehingga akses jalan masuk ke wilayah Kampung Utan, Kampung Panjang, Kampung Kelapa tertutup,” tutur Hendra kepada wartawan di lokasi banjir.
Banjir yang terjadi sejak pukul 17.00 WIB, sore hingga malam hari ini merupakan luapan dari Kali Baru yang terletak tidak jauh dari perumahan warga.
“Ya, kami turunkan perahu karet bagi warga yang mau meninggalkan rumah,” bebernya.
Sementara itu, Warga yang terdampak mengaku sudah bosan dengan kondisi banjir yang selalu datang ketika hujan lebat. Menurut mereka, wilayah Iran Panjang Citayam memang langganan bencana banjir.
“Saya keseharian markir disini, rumah di Utan Panjang memang dari dulu daerah sini rawan banjir,” Kata Jepe, warga Utan Kayu.
Ketika banjir, warga kesulitan melintas menuju rumah karena akses jalan hanya satu. Hal tersebut menyebabkan warga harus sabar menunggu hingga air surut. “Kendaraan, ga bisa masuk sedangkan jalan kaki airnya tinggi mau gimana,” jelasnya.
Sementara itu Dedi, warga Kampung Panjang memaparkan ketika jalan utama tertutup air otomatis, permukiman warga yang berada di gang juga kebanjiran.
“Ini sudah biasa, dulunya tidak begini semenjak permukiman banyak di dalam jalur kali menyempit. Akhirnya ya begini kalau sudah banjir, kami tidak bisa pulang ke rumah,” pungkasnya. (*)









