Harian Sederhana, Bekasi – Sebanyak 1.200 ton sampah bambu yang ada di dalam kali Cikeas, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi yang membuat aliran kali mampet berhasil diangkut tim gabungan yang berasal dari, pasukan Katak, UPTD, DBMSDA, DLH Provinsi Jawa Barat, TNI, DLH Koya Bekasi, Selasa (15/10).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Yayan Yuliana saat ditemui mengatakan, aksi bersih-bersih kali Cikeas dari material sampah bambu dan pengerukan sedimen itu, guna mengantisipasi terjadinya banjir di musim hujan karena aliran air mampet akibat sampah bambu.
Menurut Yayan, sampah ribuan ton yang berhasil diangkat itu langsung dibuang ke TPA Sumur batu, Banyak Gebang.
Minimnya alat yang dimiliki pemerintah Kota Bekasi karena lokasi kaki yang sempit, membuat pembersihan kurang maksimal.
Namun begitu kata dia, pihaknya akan mengusahakan peminjaman alat dari luar Kota Bekasi. “Mungkin kita akan pinjam ke DKI atau ke Kementerian,” tuturnya.
Dikatakan, pembersihan yang terus dilakukan sejak beberapa hari lalu hingga hari ini itu, akan memakan waktu 3 pekan sampai satu bulan jika tidak menggunakan alat berat.
“Keterbatasan alatlah yang menjadi faktor utama kurang maksimalnya pembersihan. Makanya kita akan usahakan meminjam, mengingat lokasi yang sulit ditempuh jika dilakukan secara manual,” tandas mantan Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi tersebut.
Yayan menambahkan, setelah pembersihan selesai dilakukan pemerintah Kota Bekasi, seperti dikatakan Wali Kota, akan memasang crain.
“Mudah-mudahan uangnya ada, sehingga pemasangan itu dapat dilakukan,” imbuhnya.
Sedang untuk mencegah kembalinya terjadi penumpukan sampah di jali itu lanjut Yayan, pihaknya meminta agar dilakukannya pembatas antara Kota Bekasi dengan daerah lain.
Jadi sambungnya, kejadian seperti ini (penumpukan sampah) tidak kembali terjadi. “Kan sampah bambu itu lebih banyak kiriman yang berakhir di Kota Bekasi.
“Jika tidak dipasang pembatas, Kota Bekasi akan terus mendapat dampak sampah bambu itu,” ujarnya.
Ditanya sampah itu langsung dari kebun atau bukan, Yayan mengaku itu dari oknum pengrajin dimana yang dibutuhkan diambil dan yang tidak dibuang. Parahnya dibuang ke kali,” cetusnya.(*)









