Harian Sederhana, Bogor – Kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) didefinisikan sebagai kegiatan belajar di luar kelas maka ekskul pencinta alam adalah yang paling terluar dan terjauh dari sekolah. Meski demikian, ada banyak pendidikan karakter yang bisa didapatkan oleh seluruh anggotanya dari ekskul ini.
Hal tersebut diakui oleh siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cisarua yang tergabung dalam ekskul SMAN 1 Cisarua Pecinta Alam (Sancapala). Melalui Sancapala, seluruh anggota diajarkan mencintai dan merawat alam. Lebih dari itu, ada banyak karakter yang bisa dikembangkan melalui ekskul alam tersebut.
Ketua Ekskul Sancapala, Alfina Febrianti mengatakan, ada beragam program yang digagas dalam kegiatan ini. Selain mengadakan pendidikan dan latihan (diklat) untuk membina anggotanya, Sancapala pun menggalakkan program sosial.
Seperti, operasi semut yang dilakukan secara berkala di lingkungan sekolah serta membantu masyarakat yang terkena bencana, baik dengan turun langsung ke lapangan maupun menggalang donasi. Yang terbaru, anggota Sancapala memunguti sampah saat mendaki ke Gunung Gede Pangrango.
Bahkan, ekskul yang berdiri pada 2015 ini sudah menjalin relasi dengan sesama ekskul pecinta alam di sekolah lainnya. “Kita sering diundang dalam penutupan diklat sekolah lain. Jadi, sesama pencinta alam seolah punya keluarga baru,” ungkapnya.
Alfina mengaku, dirinya mendapatkan banyak manfaat dari aktivitasnya di Sancapala. “Banyak manfaat yang bisa saya terapkan di kehidupan sehari-hari. Salah satunya, kemandirian,” ucapnya, baru-baru ini.
Salah satu anggota lainnya, Ibnu Haical Akmaludin merasakan hal yang sama. Ia mengaku banyak mendapat pendidikan karakter melalui aktivitasnya sebagai pencinta alam.
“Ekskul ini mencakup semua. Yang paling kena sih mental dan tanggung jawab. Ada juga kerja sama dan kekompakan antar-anggota,” ungkapnya.
Ia pun menceritakan pengalamannya saat mengikuti diklat. Saat itu, ia dan tiga kawannya diminta membuat bivak, sebuah tempat perlindungan yang dibuat dari batang pohon saat berada di alam.
“Waktu membuat bivak beregu, memang harus ada kerja sama dan kekompakan. Kalau satu orang enggak kompak, akan membutuhkan waktu lama,” tutur siswa kelas XI itu.
Dengan aktivitasnya yang dekat dengan alam ini, siswa yang menggemari fotografi tersebut berhasil menemukan makna baru tentang kehidupan.
“Saya jadi lebih bisa menghargai dan mensyukuri hidup, mendapatkan pengalaman serta menemukan tempat indah baru yang saya temui,” tutupnya. (*)