Harian Sederhana, Depok – Sampah Indonesia urutan kedua setela Cina dibuang ke laut. Dampaknya laut menjadi kotor. Hal itu dikatakan Indera Kusuma Cahyadi, Kasi Pengelolaan Limbah Cair Domestik Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok dalam pelatihan pendataan rumah belum memiliki septictank berbasis aplikasi Sipp Kling. Aplikasi ini merupakan upaya kesehatan masyarakat berbasis teknologi digital.
Indera juga mengilustrasikan salah seorang peselancar di laut Jawa, saat aktifitas berselancar terlihat ceceran sampah plastik terekam kamera.
“Ini peselancar di laut Jawa di mana saat ombak besar dia (berselancar) meluncur dengan papannya di atasnya tampak ceceran sampah,” ujarnya di hadapan puluhan peserta pelatihan di aula Kelurahan Sawangan Baru (Sabar), pada Senin (9/10).
Dengan pemandangan tersebut, lanjut dia, sampah menjadi persoalan karena lautan yang mestinya bersih dari sampah, ternyata tidak sedikit ceceran sampah. Terlebih sampah yang ada merupakan jenis plastik yang sulit terurai.
Untuk itu, dia mengimbau kepada peserta pelatihan untuk mencegah sedini mungkin membuang sampah sembarangan, tetapi sampah tersebut dikelola menjadi barang yang manfaat, seperti dipilah sesuai jenisnya. “Jika ini dilakukan dalam skala rumah tangga sampah akan berkurang,” ujarnya.
Dia juga mengungkapkan, diberlakukan plastik berbayar oleh pengusaha retail, salah satu bukti komitmen untuk memperbaiki lingkungan. Artinya dari penjualan kantong plastik tersebut setelah diakumulasi digunakan untuk perbaikan lingkungan sehingga tidak tercemar.
“Dengan pelatihan ini diharapkan peserta bisa mempraktikkannya dalam keseharian tidak membuang sampah sembarangan yang membuat lingkungan menjadi tercemar,” imbuhnya.
Sementara itu, Yesiwar, Kepala Seksi Kemasyarakatan dan Pelayanan, Kelurahan Sawangan Baru mengatakan, pelatihan pendataan rumah belum memiliki septictank sekaligus memperkenakalkan aplikasi Sipp Kling tujuannya agar masyarakat mengetahui pelaksanaan hidup bersih dan sehat, karena jika dalam keluarga tidak ada septictank, air kotor limbah rumah tangga dibuang secara sembarangan, bisa ke kali maupun koya.
“Ini yang tidak diperbolehkan, karena dengan pembuangan limbah rumah tangga sembarangan bisa mencemari lingkungan,” ujarnya.
Kemudian mengenai aplikasi Sipp Kling merupakan upaya kesehatan masyarakat berbasis teknologi digital yang nantinya bisa diakses jika ada sesuatu terkait kesehatan lingkungan. Aplikasi ini dijelaskan oleh mahasiswa Politekni Negeri Jakarta.
Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan dua sesi, pertama diikuti perwakilan warga RW 1 sampai 5, sesi kedua perwakilan warga RW 6-10. “Diharapkan dari pelatihan ini mereka bisa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menindaklanjuti ke warga lainnya agar kesehatan lingkungan di masing-masing wilaiyah terjaga,” pungkasnya.Sudibyo









