Harian Sederhana, Depok – Kepengurusan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Depok dikomplain para atlet. Pasalnya, manajemen pengeloaan para atlet dinilai kurang bagus sehingga berpengaruh pada cabang olahraga tersebut. Meski atlet sudah menunjukkan prestasi di ajang lomba, namun belakangan ini prestasi tersebut mandek.
Pendiri FPTI Deden Sutrisna mengatakan, FPTI Depok sudah dibentuk sejak belasan tahun dan atletnya kerap mendapatkan prestasi di segala perlombaan. Namun saat ini adanya perubahan kepengurusan FPTI tidak bisa membawa prestasi bagi atlet panjant tebing di berbagai ajang seperti pada kegiatan Pekan Olahraga Jawa Barat di Bogor dua tahun lalu.
Dimana atlet panjat tebing dari FPTI Depok tidak bisa meraih prestasi kalah dengan atlet dari wilayah lainnya seperti dari Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.
“Kami mendapatkan laporan dari kawan-kawan termasuk dari para allet terkait kinerja kepengurusan FPTI Depok yang tidak bisa memanajemen para atlet panjat tebing,” katanya
Salah satu contoh masalahnya adalah ketidakterbukaan para pengurus FPTI seperti masalah pelaksanaan pembinaan prestasi yang rutin berlatih namun tidak mendapatkan perhatian dari kepengurusan FPTI itu sendiri.
“Atletnya disuruh rutin latihan namun pengurus tidak memberikan fasilitas yang memadai dan tidak pernah di tengok seolah-olah anak ayam tidak ada induknya,” paparnya.
Masalah lainnya adalah uang saku atlet dimana disini diduga ada pemotogan uang saku atlet panjat tebing Kota Depok pada saat berlomba di Porda Jawa Barat di Bogor beberapa waktu lalu.
“Atlet kami lapor kepada kita masa uang saku untuk mengikuti Porda Jawa Barat di Bogor hanya dikasih Rp 125.000 selama 10 hari lah ini bagaimana,” bebernya.
Atas aduan itu dia bersama-sama atlit panjat tebing Kota Depok akan mendatangi kantor KONI Depok untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Kami rasa masalah ini jangan terlalu lama dibiarkan jika dibiarkan maka kasihan para atlet panjat tebing yang mempunyai prestasi tidak bisa menorehkan prestasinya,” tuturnya.
Di lokasi sama orang tua atlet Panjat Tebing Kota Depok Arienta menambahkan sepatutnya para pengurus FPTI Kota Depok saat ini untuk lebih baik lagi dalam memanajemenkan suatu kegiatan.
“Masa anak kami hanya dapat uang saku Rp 125.000 selama 10 hari saat bertanding di Porda Jawa Barat di Bogor,” katanya.
Dia menambahkan dirinya bukan mempermasalahkan anggaran akan tetapi agar pengurus FPTI ini transaparan dalam hal tersebut.
Penggiat alam Panjat Tebing lainnya Andri dari Black Wall menambahkan permasalahan antara para atlet dan kepengurusan FPTI sudah terasa saat adanya kepengurusan FPTI baru tersebut.
Salah satunya dengan tidak dimasukannnya kawan kawan penggiat Panjat Tebing kedalam kepengurusan dan adanya nama-nama distruktur kepengurusan sementara orang yang namanya ada distruktur tidak mengetahuinya
Bahkan ada rekannya dari penggiat panjat tebing yang sudah membawa FPTI ke organisasi Panjat Tebing Jawa Barat tidak dilibatkan dalam organisasi FPTI Kota Depok.
“Kalau kami sih ngak masalah dimasukan ke pengurus FPTI akan tetapi rekan-rekan kami ini yang ditinggalkan begitu saja. Kami berharap pihak KONI bisa menyelesaikan masalah tersebut,” pungkasnya.
(*)









