Harian Sederhana, Bogor – Mata air Cilebak (Air Bawah,red) menjadi sumber mata air andalan saat musim kemarau bagi warga Kampung Padurenan, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.
Pasalnya, disaat sumber mata air dilokasi lain mengering dimusim kemarau sekarang, sumber mata air Cilebak debitnya malah tambah besar. Namun demikian, diperkirakan musim kemarau akan berlangsung dua bulan kedepan.
“Kalau musim kemarau bukan tambah kecil, tapi air disini malah tambah besar. Sehingga kerap digunakan warga sini. Bahkan banyak warga diluar kampung juga turut mengambil air di Cai Lebak,”ungkap Ahmad (46) warga setempat saat dihampiri fajarbogor.com, Sabtu (9/8) siang.
Pria yang tengah mengantri membawa dua buah galon itu menambahkan, sumber mata air yang berlokasi diapit oleh tebingan lahan yang ditumbuhi pohon bambu tersebut, kerap digunakan sejak nenek moyangnya dulu.
“Tempat air ini sudah ada sejak saya belum lahir. Jadi yang memanfaatkanya buka warga sini saja. Warga lainya pun kalau musim kemarau ngambil air disini,”ujar Ahmad Seraya menunjuk beberapa orang yang datang membawa ember merupakan warga kampung tetangga.
Ditempat sama, Jatma (39) Warga Babakan, Desa Ciadeg, Kecamatan Cijeruk menjelaskan, jika dirinya yang datang beserta tiga temannya mengaku hendak mengambil air bersih dipancuran Cai Lebak.
“Sejak musim kemarau saja saya ngambil air disini. Habisnya sumur saya kering. Air disini saya anggkut dengan mobil bak. Biasanya saya ngambil pas malam. Kebetulan saja sekarang lagi libur,”aku Jatma.
Ujang Heri Kasie Kesra dikantor Desa Ciburayut menjelaskan untuk saat ini warganya belum ada yang mengadukan kesusahan untuk mendapatkan air bersih.
Seperti diketahui, krisis air bersih melanda sebagian masyarakat di Kabupaten Bogor. Tak heran jika distribusi air bersih yang disalurkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor langsung diserbu warga.
Seperti dikatakan Kepala Desa (Kades) Pangkaljaya, Kecamatan Nanggung, Taufik Sumarna mengatakan, selama musim kemarau berkepanjangan. Warga pun dilanda krisis air bersih.
” Kisaran 1250 ribu orang mengantri untuk menerima bantuan air bersih dari BPBD.” Jelas Taufik Kepada fajarbogor.com, Selasa (6/8) diruang kerjanya.
Ditempat berbeda, Camat Kemang Nana Mulyana pun mengintruksikan tiap kades untuk berkoordinasi dengan PDAM Tirtakahuripan untuk menanggulangi kebutuhan air bersih warga.
” Dan sudah berjalan di beberapa desa,”singkatnya.
Sementara itu, menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga, musim kemarau didaerah Bogor akan berlangsung dua bulan kedepan.
Pada puncak musim kemarau, matahari akan lebih terik, kering, dan temperatur udara akan naik. Dengan Kondisi tersebut diperkirakan membuat daerah yang berpotensi mengalami krisis air di Bogor bertambah luas.
“Puncak musim kemarau di Bogor berlangsung Agustus-September. Tapi potensi kemarau diperkirakan sampai November,” kata Hadi, ditukil dari liputan6.com, Sabtu (9/8/2019) malam.
Meskipun baru memasuki puncak musim kemarau, BMKG menyebutkan sudah terdapat hari tanpa hujan (HTH) dengan kategori ekstrem (lebih 60 hari) yang terpantau di beberapa wilayah Timur Kabupaten Bogor, di antaranya Kecamatan Jonggol dan Tanjungsari.
Wilayah Jonggol misalnya, kurang lebih dua bulan terakhir mengalami kekeringan. Dampak kemarau panjang menyebabkan wilayah itu mengalami krisis air dan lahan padi gagal panen.
“Sementara daerah lainnya masih dalam kategori di bawah wilayah timur Kabupaten Bogor,” kata Hadi.
Berdasarkan pengamatan Stasiun Klimatologi Dramaga, Kota Hujan akan mengalami suhu panas hingga mencapai 33,7 derajat Celsius. Gelombang panas itu diperkirakan akan berlangsung sepanjang Agustus ini.
“Temperatur udara di angka 33,7° C juga pernah terjadi beberapa hari di bulan Juli. Sementara normalnya 22-28° C,” ujar Hadi.
Meski demikian, gelombang panas dengan 33° C yang sedang menerpa wilayah Bogor masih dianggap normal. Baru dikatakan ekstrem jika gelombang penas melebihi 3° di atas normal.
“Masih batas normal, tapi untuk wilayah Bogor ya termasuk sudah panas,” terang Hadi. (*)









