Harian Sederhana, Bogor – Sejumlah permasalahan menghambat dibukanya akses on ram KM 41,2 Tol Jagorawi atau proyek Interchange Sumarecon di Kampung Parung Banteng, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur. Seperti halnya masih ada sejumlah lahan milik warga yang terisolir oleh proyek pintu masuk Tol Jagorawi tersebut.
Selain itu, belum dilakukannya pembebasan lahan milik warga sebagai kewajiban utama pihak pengembang, menjadi penghambat interchange belum bisa di operasionalkan hingga saat ini.
Tiga pengembang diantaranya PT Bogor Raya Group, PT Gunung Suwarna Abadi (GSA) dan PT Sumarecon Agung, hingga saat ini masih ada 17 bidang tanah dan bangunan warga dari total 22 bidang yang terkena proyek Interchange.
Camat Bogor Timur Abdul Wahid mengatakan, proses pembebasan lahan sedang diupayakan oleh pihak pengembang dengan warga terdampak proyek interchange.
Menurutnya, pihak kecamatan hanya memfasilitasi agar dilakukan penyelesaikan tersebut. “Kami sudah memfasilitasi pertemuan antara warga dengan pihak pengembang dan sedang berproses,” kata Camat.
Dalam pertemuan terungkap bahwa warga yang terkena proyek interchange meminta harga lahan dan bangunannya permeter Rp15 juta diantaranya untuk bangunan Rp7 juta dan tanah Rp8 juta permeter.
Sementara pihak pengembang kata Wahid, baru mampu menyiapkan anggaran Rp7 juta permeter. “Jadi belum ada titik temu, warga minta segitu dan pihak pengembang menyiapkan anggaran hanya Rp7 juta permeternya untuk tanah dan bangunan,” jelas Wahid.
Menurut dia, perlu dilakukan mediasi mediasi diantara kedua belah pihak. Karena, kecamatan maupun kelurahan tidak memiliki kewenangan apapun, kesepatakan ada di pihak pengembang dan warga.
Namun demikian, selama pembebasan lahan itu belum selesai, maka pembukaan akses pintu masuk dan keluar Tol Jagorawi juga belum bisa diaktifkan.
“Pihak pengembang wajib menyelesaikan dulu pembebasan lahan itu, kemudian membangun jalan yang menyambung ke Jalan R3. Kalau semuanya sudah beres, baru akses tol itu dibuka,” jelasnya.
Camat juga menargetkan penyelesaikan pembebasan lahan warga pada Desember mendatang, sehingga awal Januari sudah dilakukan pembangunan jalan yang menyambung ke Jalan R3.
Kendala lainnya, lanjut Wahid, warga juga ingin dibebaskan seluruh lahan yang ada, sedangkan yang dibebaskan hanya bagian depan saja, warga ingin semuanya dengan bagian belakang juga dibebaskan.
Masih kata dia, bahwa kendala ada di warga yaitu meminta agar lahan yang dibebaskan semuanya, tetapi mungkin pihak pengembang ada perhitungan yang lain.
“Kalau dari kami intinya, ketika belum selesai urusan dengan warga, maka pintu keluar tol Jagorawi itu belum bisa diaktifkan,” tandas Wahid. (*)









