Harian Sederhana, Jakarta – Kementerian PUPR memastikan para warga korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Bogor akan segera direlokasi. Nantinya ada 2194 unit rumah akan direlokasi ke lahan PTPN VIII Cikasungka, Perumahan Bukan Milik PTPN VIII, dan selebihnya tanah masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan Kasubdit Penyediaan Rumah Tapak Khusus dan Rumah Tapak Negara, Kementerian PUPR Teddy Paul H. Siagian kepada wartawan, Selasa (04/01).
Ia menerangkan, untuk target lokasi relokasi itu sampai saat ini memang ada tiga yang tengah diidentifikasi. Yakni tanah milik PTPN VIII, perusahaan bukan PTPN, dan tanah masyarakat.
“Hanya mungkin kita perlu tajamkan lagi itu besok,” tuturnya.
Menyiapkan rencana relokasi tersebut, pihak Kementerian PUPR akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemerintah Daerah Bogor untuk memastikan lahan yang sudah dipilih untuk relokasi itu sudah aman.
“Rencananya kita akan rapat bersama Pemda Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), untuk memastikan lahan-lahan yang akan dipakai untuk relokasi tentunya itu harus dipastikan dulu secara geologis aman,” tambahnya.
Selain memastikan keamanan lahan, pemerintah juga akan mematangkan masalah izin pembebasan lahan itu agar ke depan tidak menjadi polemik berkepanjangan.
Setelah mematangkan kesiapan lahan, proses persiapan lainnya pun akan dikebut.
“Nanti setelah rapat lahannya, kita lihat kelayakan, lalu site-plan, baru kita bisa identifikasi dari kondisi teknis bangunan gimana dan PSU (penyaluran bantuan prasarana, sarana, dan utilitas) seperti apa,” katanya.
Berdasarkan data yang diperoleh, setidaknya dibutuhkan total lahan seluas 81,7 hektare (ha) terdiri dari 57,98 ha lahan dibutuhkan untuk relokasi sebagian penduduk di Kecamatan Sukajaya, 7,2 ha di Kecamatan Cigudeg dan 16,52 ha di Kecamatan Nanggung.
Sehingga, estimasi kebutuhan biaya untuk pembangunan rumah baru itu bisa mencapai Rp 416 miliar.
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), total pengungsi yang terdampak bencana longsor di Kabupaten Bogor mencapai 14.101 jiwa.
Wilayah terparah terdampak bencana yakni Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Cigudeg, serta Kecamatan Gunung Putri. Total kerugian ditaksir tembus hingga Rp 1,16 triliun.
Sementara proses relokasi dimatangkan, BNPB membentuk Satgas Rehabilitasi Lahan yang bertugas untuk melakukan penanaman tanaman vetiver di daerah terdampak banjir. Selain itu, penanaman tanaman keras juga dilakukan seperti bibit Pohon Mahoni yang akan berguna untuk perkuatan struktur tanah.
Terpisah, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, perlu pola baru penanganan pascabencana di Kabupaten Bogor dan Lebak, Banten. Pola baru ini menggabungkan pendekatan vegetatif atau penanaman pohon sesuai kondisi alam atau lahan serta pemberdayaan masyarakat. Masyarakat ikut dilibatkan langsung sekaligus mengedukasi.
“Jadi ada yang baru yang diharapkan Bapak Presiden Joko Widodo untuk menanggulangi bencana dan pemulihan lahan serta alam secara komprehensif serta terintegrasi dengan masyarakat,” ujar Siti Nurbaya, Selasa (04/02).
Pola baru ini telah dan sedang dikerjakan dalam penanganan darurat bencana alam sejak Kementerian LHK mendapat tugas dari Presiden pada 6 Januari 2020 setelah bencana longsor yang membawa korban dan merusak puluhan rumah penduduk.
Menurutnya, apa yang harus ditangani tidak hanya pembuatan jalan membuka isolasi oleh Kementerian PUPR atau penanganan pengungsi, sekolah, pangan, bansos, kesehatan, dan lain lain.
“Tapi, perintah Presiden adalah bagaimana menanami bentang alamnya yang rusak dan harus diperbaiki, ditanami pohon dalam kombinasi pepohonan dan bangunan konservasi tanah dan air atau ekohidrolika,” ujarnya.
Ekohidrolika yaitu bagaimana mengombinasikan dalam mengelola bentang alam dan tata air pada bentang alam dengan lereng yang curam. “Artinya saat tanggap darurat harus bersamaan dilakukan pembuatan dan penahanan air dan sedimen serta penanganan tebing sekaligus penanaman pohon,” kata Siti.
Di daerah yang terjal bisa ditanami vertiver. Pada tebing yang tanahnya mudah terkelupas diperkuat dengan ditanami sistem vertiver dibantu coccomesh. “Tanah yang terlalu longgar bisa dipakai coccomesh atau jaring-jaring dari sabut kelapa dengan ukiran kibang kira-kira 2×2 cm,” tandas Siti. (*)









