Harian Sederhana, Cibinong – Hujan deras dengan intensitas tinggi dan durasi yang cukup lama membuat sejumlah titik di Kabupaten Bogor mengalami bencana banjir dan tanah longsor. Bencana tersebut menyebabkan 11 orang dilaporkan meninggal dunia, dan empat lainnya dinyatakan hilang.
Perwira Pengendali Posko Utama BPBD Kabupaten Bogor, Mayor Inf Suparno menuturkan, korban bencana ini dibagi kedalam tiga kategori. Yakni meninggal saat kejadian, meninggal setelah bencana, dan korban hilang.
Suparno menerangkan, dari 11 orang yang dilaporkan meninggal dunia ada tujuh orang meninggal saat kejadian. Tujuh orang tersebut adalah Nurdin (47), Idrus (50), Bagas (20), Serly (5), Asti (45), Muhammad Hudri (24), dan Rumsah (60).
“Mereka ini meninggal lantaran bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Rabu (01/01),” tuturnya kepada wartawan di Kantor BPBD Kabupaten Bogor, Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Kamis (09/01).
Dia menambahkan, ada empat orang yang meninggal setelah kejadian bencana, yakni Ahmad (1 bulan), Icot (65), Erna (75), dan Aan (60). Suparno mengatakan keempat korban ini meninggal karena sakit.
Selain itu, lanjutnya, ada empat orang yang hilang atau belum ditemukan akibat banjir dan tanah longsor ini. Orang tersebut adalah Amri (38), Saroh (48), Cici (8), dan Hilman (15).
Suparno mengatakan Amri, Saroh, dan Cici adalah korban tertimbun tanah longsor. Sedangkan Hilman merupakan korban hanyut dalam kejadian di Jasinga.
Dia pun mengungkapkan ada 29.810 pengungsi akibat banjir dan tanah longsor di Kabupaten Bogor ini. Dari jumlah tersebut, 18.565 pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing.
“Sisa 11.245 pengungsi. Tapi jumlah (pengungsi) ini terus kita update,” ungkapnya.
Selain itu, Suparno menjelaskan, 28 tim gabungan dari TNI, polisi, BPBD, mahasiswa, organisasi kemasyarakatan (ormas), Tagana, dan lainnya diturunkan untuk proses evakuasi. Total petugas ada 3.362 personel.
Dia pun menerangkan bantuan logistik terus diberikan. Kendala dalam proses evakuasi ini, lanjutnya, adalah akses jalan yang masih terbatas. Suparno menjelaskan pembukaan akses jalan sedikit terhambat faktor cuaca.
“Bantuan logistik terus berdatangan, tapi pemberiannya kepada masyarakat sulit karena akses jalannya. Kita masih terus mengupayakan akses jalan sembari memberikan bantuan logistik,” kata Suparno.
Salah satu daerah yang mengalami kerusakan adalah Kecamatan Sukajaya. Informasi yang dihimpun Harian Sederhana, banjir bandang dan longsor mengakibatkan 766 unit rumah rusak, enam orang meninggal dunia, tiga orang hilang, dan 34 orang terluka di lokasi tersebut.
Adapun kerusakan bangunan tersebar di Desa Urug sebanyak 98 unit rumah rusak ringan dan 98 rumah rusak berat. Di Desa Harakat Jaya sebanyak 19 unit rumah rusak berat, di Desa Kiara Pandak 255 rumah rusak berat.
Kemudian di Desa Sukamulih sebanyak 86 rumah rusak ringan, 72 rumah rusak sedang, dan 19 rumah rusak berat. Selanjutnya di Desa Jaya Raharja sedikitnya 32 unit rumah rusak berat. Terakhir, di Desa Cisarua sebanyak 50 rumah rusak ringan dan 37 unit rumah rusak berat.
Akibat kejadian ini sebanyak 4.146 warga mengungsi di beberapa lokasi seperti di Kantor Desa, sekolah dasar, musola, masjid, pondok pesantren dan rumah-rumah warga.
Ribuan warga yang mengungsi berasal dari 10 desa yaitu Desa Cisarua, Cileuksa, Desa Kiarasari, Kiarapandak, Harakat Jaya, Pasir Madang, Jayarahara, Sukamulih, Sipayung, dan Desa Urug.
Jumlah pengungsi terbanyak berasal dari Desa Harakat Jaya sebanyak 1.308 warga. Warga mengungsi di Sekolah Dasar (SD), Posyandu dan musola. Kemudian, warga Desa Kiarapandak sebanyak 600 orang mengungsi di kantor desa, sekolah dasar, SMA, dan di pondok pesantren. (*)









