Harian Sederhana, Bogor – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal bekerja sama untuk mengatasi permasalahan dan menurunkan angka penderita stunting di Kota Bogor.
Balitbang Kemenkes pun dalam waktu dekat akan melakukan pengembangan laboratorium lapangan percepatan penurunan stunting. Hal tersebut diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno.
Retno mengatakan, Dinkes Kota Bogor telah mempunyai program untuk menurunkan penderita stunting di wilayahnya. Dengan adanya kerja sama ini, sambung Retno, diharapkan dapat mempercepat penurunan stunting di Kota Bogor.
“Jadi kami sinergi untuk kegiatan yang sama atau ada kegiatan baru akan didetailkan lebih lanjut,” kata Retno kepada wartawan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2019 tercatat ada sekitar 3.757 anak yang menderita stunting atau 4,52 persen. Angka tersebut, dia mengklaim jauh lebih rendah di banding lain. Terlebih lagi, kata Retno, Kota Bogor tidak masuk dalam kategori lokus stunting di Indonesia.
Retno menyatakan, pihkanya terus berupaya menekan stunting di Kota Bogor dengan sejumlah cara. Di antaranya, memberikan layanan kesehatan sejak usia remaja, calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
Kepala Balitbang Kesehatan Kemenkes, Siswanto menjelaskan, akan mengembangkan laboratorium lapangan percepatan penurunan stunting di Kota Bogor. Dengan demikian, Kemenkes dan Pemkot Bogor dapat bekerja bersama dalam menekan angka stunting.
Bahkan, pihaknya telah melakukan studi kohort (penelitian pengelompokan) tumbuh kembang anak di Kecamatan Bogor Tengah. Pihaknya meneliti tumbuh kembang sejak dari kehamilan sampai balita.
“Dari hasil studi kami punya data status gizi balita Kota Bogor 18,3 persen yang artinya 2 dari 10 balita mengalami stunting. Angka ini jauh lebih baik dari angka nasional yang masih 3 dari 10 bayi mengalami stunting,” katanya.
Dari studi tersebut, pihaknya memutuskan akan mengembangkan laboratorium lapangan percepatan penurunan stunting di Kota Bogor.
Siswanto menegaskan angka stunting tersebut tetap harus terus diturunkan. Pasalnya, penurunan angka stunting telah menjadi komitmen tertinggi presiden, bupati/wali kota.
“Di Kota Bogor juga kan sudah ada gerakan Taleus (Tanggap Leungitkeun Stunting), tinggal kita kolaborasikan,” kata dia.
Wakil Ketua TP PKK Kota Bogor Yantie A Rachim menyatakan, PKK juga tak ingin ketinggalan dalam menekan angka stunting. Dia menegaskan, PKK juga memiliki tugas menyosialisasikan pentingnya asupan gizi yang baik bagi masyarakat, terutama remaja yang akan menikah.
“Sebagi seorang ibu yang mempunyai anak perempuan juga harus mengenalkan dengan gizi yang baik kepada anaknya,” kata Yantie. (*)









