Harian Sederhana, Depok – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat siswa dan siswi SMPN 20 Depok yang terjangkit virus hepatitis A ada 72 orang. Namun, dari jumlah siswa tersebut yang diambil sampel darahnya diketahui ada 51 orang siswa yang positif mengidap Hepatitis A.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Novarita mengatakan kalau siswa yang terjangkit Hepatitis A kondisinya sudah membaik. Bahkan diantaranya sudah mulai aktif melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.
“Perlahan mulai membaik. Tidak ada kasus baru, dan beberapa anak yang terjangkit juga sudah mulai masuk sekolah,” tuturnya kepada wartawan, Selasa (26/11).
Meski sudah mulai membaik di antara 51 orang siswa SMPN 20 Depok tersebut, Dinkes Depok belum mencabut status Kejadian Luar Biasa (KLB) parsial atas kejadian tersebut.
Novarita mengimbau kepada pihak sekolah untuk menyediakan fasilitas perilaku hidup bersih dan sehat seperti sabun untuk cuci tangan, dan sebagainya. “Dicabut kalau memang sudah tidak ada kasus lagi, kami masih terus pantau,” ujarnya.
Sebelumnya, Novarita mengatakan bahwa penyebab utama penyebaran virus atau penyakit Hepatitis A itu berasal dari makanan yang tercemar. Meski begitu, pihaknya masih menunggu hasil dari laboratorium yang diambil dari makanan jajanan di sekolah itu.
“Kami lakukan cek darah dan pemeriksaan anus kepada penderita. Hal itu dilakukan untuk mengetahui darimana virus itu berasal. Kami masih menunggu waktu sekitar dua minggu, sampai hasil cek darahnya keluar,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Wiendra Waworuntu meminta kepada Dinkes Kota Depok untuk menelusuri secara mendalam bagaimana cara penularan kasus Hepatitis A di SMPN 20. Tujuannya agar sumber penularan dapat dihentikan.
“(Cara) penularan penting untuk ditelusuri, yang paling penting bagaimana caranya sumber penularan itu bisa berhenti. Itu yang dilakukan upaya-upaya bersama dengan Dinkes Kota Depok,” tutur Wiendra seperti rilis yang diterima, Sabtu (23/11).
Menurut Wiendra, secara berjenjang, basis kesehatan berada di wilayah. Ia menambahkan, Dinkes Kota Depok sebenarnya sudah melakukan upaya seperti membuat posko kesehatan dan setiap hari melaporkan. Kendati demikian, ia menegaskan tak masalah menetapkan status Hepatitis A.
“Kalau kita melihat itu seharusnya sudah membuatkan penetapan KLB. Enggak ada ruginya kok, justru dapat fokus mengatasi persoalan. Di dalam penetapan KLB ini kalau dia (pemimpin daerah) sudah menetapkan (KLB) maka, leading sector ada di pemerintah daerah, tapi kami pun sudah berkoordinasi bersama-sama mengatasi masalah ini,” jelasnya.
Wiendra menambahkan, yang pertama dilakukan adalah mencari kasus. Seperti diketahui penularan Hepatitis A bermula dari seorang karyawan di SMPN 20 Depok.
“Selanjutnya upaya yang dilakukan Dinkes Kota Depok sudah sesuai dengan SOP, misalnya yang positif hepatitis A diobati sesuai dengan tata laksana, penjajakan makanan juga diperiksa. Orang yang pertama (terjangkit Hepatitis A) itu harus dicari untuk menentukan apa sebenarnya sumber penularan,” jelas dia.
Wiendra menegaskan, masalah Hepatitis A tidak bisa selesai dengan cepat karena masa penularannya 28-30 hari. Namun, untuk sementara Kemenkes dengan Dinkes Depok terus melakukan upaya-upaya untuk menurunkan angka kasus Hepatitis A.
“Upaya tersebut dilakukan di antaranya dengan mendirikan posko kesehatan, memeriksa kualitas makanan yang ada, dan sanitasi,” kata Wiendra. (*)









