Harian Sederhana, Sukabumi – Perihal adanya penyebutan soal warganya paling banyak terpapar corona, Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi membantah hal tersebut. Seperti diketahui, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut warga Sukabumi paling banyak terindikasi positif corona hasil rapid test.
Orang nomor satu di Kota Sukabumi ini menduga informasi yang diperoleh oleh Ridwan Kamil itu berasal dari salah satu institusi di wilayahnya yang juga melakukan Rapid Test. Koordinasi telah dilakukan antara pihaknya dengan institusi tersebut, namun data-data hasilnya belum ia peroleh.
“Ada salah satu institusi yang saat ini melakukan pemeriksaan rapid test hasil sementara angka tertinggi ada di institusi tersebut. Namun kami belum secara resmi menerima hasilnya,” kata Fahmi kepada awak media, Selasa (31/03).
Ketika ditanya soal rapid test itu apakah dilakukan secara internal, Fahmi membenarkan. “Rapid test dilakukan internal tapi dukungannya dari Provinsi Jabar. Yang di rapid test 1.420, sekitar itu. Saat ini pemda belum mendapat hasil rilis resminya,” imbuh Fahmi.
Soal klaster baru yang disebut RK, Fahmi menduga karena posisi atau domisili institusi tersebut yang memang berada di wilayahnya.
“Mungkin bisa jadi (penyebutan klaster) karena domisili institusi tersebut. Koordinasi sudah kami lakukan namun masih menunggu institusi tersebut,” ujarnya.
Ia mengaku hasil rapid test yang dilakukan pihaknya hanya kepada 60 sampel warga dan semuanya negatif. Ia menyebut saat ini pihaknya telah kembali menerima 2.000 alat rapid test.
“Yang sudah dgunakan sebelumnya semuanya negatif. Hari ini datang lagi 2000 pcs, itu untuk warga Kota sukabumi termasuk paling penting tenaga medis, dokter, perawat yang bersentuhan dengan PDP,” tandas Fahmi.
Sebelumnya, satu kecamatan di Kota Sukabumi menjadi klaster atau penyebaran baru virus Corona di Jabar. Hal itu terlihat dari hasil rapid test yang dilakukan secara masif sejak pekan lalu.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan gambaran peta penyebaran COVID-19 lewat rapid test tersebut di luar dugaan. Sebelumnya, pemerintah menduga penyebaran wabah paling banyak di kota atau kabupaten yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.
Sebelumnya, dari 22 ribu hasil tes, 300 orang yang terindikasi positif COVID-19. Ratusan orang yang terindikasi positif Corona itu berasal dari sejumlah daerah dan sebagian besar dari wilayah Sukabumi.
“Dari hasil tes masif itu, paling banyak itu dari Sukabumi, itu yang terbesar dari seluruh wilayah kabupaten dan kota di Jabar. Jadi bukan di Depok, Bekasi, ini menjadikan Sukabumi sebagai klaster baru,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin (30/03).
Kang Emil mengatakan 300 orang itu akan kembali dilakukan pemeriksaan yang kedua dengan metode polymerase chain reaction (PCR) atau dengan mengambil sampel dari cairan dari hidung dan tenggorokan.
“Hasil tes dari 22 ribu alat tes, ada 300 yang positif, 300 yang positif itu akan dites kedua lewat metode PCR. Akan kami buktikan agar ini tidak false positive (positif palsu), positif tapi bukan. Makanya ini belum kita jadikan laporan ke pemerintah pusat,” kata dia.
Pihaknya juga tengah mengkaji terkait banyaknya warga di salah satu kecamatan Sukabumi yang terindikasi positif Corona berdasarkan hasil rapid test. Dia akan mencari tahu penyebab atau sumber penyebaran virus di kawasan tersebut.
“Sukabumi masih kami teliti, lonjakannya datang dari sebuah wilayah, sedang kami teliti kenapa terjadi lonjakan yang sangat besar. Nanti sedapatnya berita yang lebih konkret akan saya sampaikan,” ucap Kang Emil. (*)









