Harian Sederhana, Bandung – Sebanyak 7 sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jawa Barat (Jabar) menjalin kerja sama dengan Politeknik Negeri (Polban) Bandung, di bidang pembinaan jurusan kimia analisis, dengan lama pendidikan 4 tahun.
Selain itu, kerjasama dalam pengembangan di bidang pendidikan vokasi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), pengabdian kepada masyarakat, dan pengembangan tata kelola yang akan berjalan selama 5 tahun.
Ketujuh SMK tersebut, yakni, SMK Analisis Kimia YPKI Bogor, SMK Analis Kimia Nusa Bangsa Bogor, SMKN 5 Bekasi, SMK Bani Salah Bekasi, SMKN 13 Bandung, SMKN 5 Bandung, dan SMKN 4 Garut.
Nota kesepahaman tersebut ditandatangani Direktur Polban, Rachmad Imbang Tritjahjono dengan tujuh kepala sekolah terkait. Penandatanganan kerja sama ini dihadiri pula oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar, Dewi Sartika, Rabu (11/9).
Kadisdik mengatakan, kerja sama ini merupakan model pembinaan kolaboratif antara perguruan tinggi dengan satuan pendidikan dalam meningkatkan SDM, khususnya siswa. “Saya berterima kasih dan sangat mengapresiasi kerjasama ini. Kami akan terus mendukung dan meninjau prosesnya serta menganalisis melalui evaluasi. Semoga, kerja sama seperti ini terus terjalin dan berkembang,” ungkap Kadisdik, di Gedung Direktorat Polban, Jalan Gegerkalong Hilir, Kabupaten Bandung Barat.
Kerja sama ini, tambah Kadisdik, bisa menunjang proses pengembangan 8 standar mutu pendidikan nasional yang harus diterapkan sekolah. Ini pun merupakan upaya konkret perwujudan revitalisasi SMK. “Sehingga, masyarakat yang menitipkan anak-anaknya di sekolah harus bisa kita persiapkan agar mereka mampu menghadapi abad 21 yang disrupsi saat ini,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Polban, Rachmad Imbang Tritjahjono mengatakan, kerja sama ini dilandaskan pentingnya pengembangan SDM di bidang ilmu terapan. Menurutnya, ilmu terapan merupakan kebutuhan utama di dunia industri saat ini. “Presiden Jokowi sudah melihat betapa pentingnya pendidikan vokasi. Sehingga, kita harus benar-benar mewaspadai, jangan sampai salah menanganinya. Kita bisa memulai proses tersebut di pendidikan menengah kejuruan,” tuturnya.
Ia menegaskan, pihaknya sangat mendukung dan siap mewadahi kemampuan siswa ataupun akademisi lainnya yang ingin meningkatkan kompetensi di bidang keilmuan. “Kalau memang siswa punya kemampuan, kita harus memberi ruang. Jangan dibatasi karena itu aset negara. Yang namanya pendidikan itu harus menolong, bukan membatasi,” tegasnya. (*)









