Harian Sederhana, Cikarang Pusat – Miris, satu kata yang pas menggambarkan kondisi Kabupaten Bekasi. Pasalnya, menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bekasi tercatat ada 4.000 laki-laki dengan kelainan seksual pecinta sesama jenis atau homoseksual di wilayah tersebut.
Ketua KPAD Kabupaten Bekasi, Mohamad Rojak menuturkan, angka itu merupakan data yang tercatat di akhir tahun 2018 lalu. Disorientasi seksual diduga lantaran perilaku hidup bebas.
“Mayoritas penyebab disorientasi seksual itu karena perilaku hidup bebas. Akhir tahun 2018 lalu kami mencatat ada sekitar 4.000 orang berperilaku seks menyimpang homoseksual ini,” tuturnya kepada wartawan, Rabu (04/12).
Rozak mengaku data itu berdasarkan laporan yang diterima dari pihak kepolisian saat Polres Karawang berhasil mengungkap komunitas LGBT di daerah tersebut. Hasilnya, polisi menemukan 4.000 pria yang tergabung di dalam komunitas itu adalah warga Kabupaten Bekasi.
“Dari pihak kepolisian kami diberitahu. Setelah kami telusuri benar saja jumlah homoseksual itu sangat banyak di Kabupaten Bekasi,” ungkap Rozak.
Perilaku seks menyimpang ini karena pengaruh gaya hidup yang bebas sehingga mereka terus mengajak dan mempengaruhi setiap orang yang dikenalnya. “Dari situ timbul benih-benih penyakit HIV/AIDS,” ucapnya.
Meski mendapat laporan, KPAD Kabupaten Bekasi tidak bisa bertindak karena belum ada undang-undang atau peraturan yang mengatur hal tersebut. Padahal menurut dia tindakan mereka bisa dikategorikan pornografi.
Sejauh ini pihak RSUD Kabupaten Bekasi sudah memiliki klinik pelangi. Ruang medis untuk kalangan homoseksual ini bisa memberi motivasi dan penyembuhan. “Karena LGBT ini kan penyakit, di klinik itu bisa diobati dengan cara terapi,” ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi mencatat di sepanjang 2019 ada penambahan jumlah penderita HIV/AIDS, salah satunya disebabkan perilaku homoseksual. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi pun mengimbau kepada para istri untuk sadar atau aware terhadap suami.
“Ini harus jadi aware buat para istri, ternyata banyak suami punya pasangan sesama jenis di wilayah kita,” tutur Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Irfan Maulana seperti dikutip Antara, Selasa (3/12).
Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sepanjang 2019, jumlah penderita HIV/AIDS bertambah 105 pasien, di mana perilaku hubungan pria sesama jenis atau gay menjadi penyebab tertingginya.
“Pria ada 74 orang dan wanita sebanyak 31 pasien,” ungkapnya.
Irfan menuturkan, dari 74 pria penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi tahun ini, 46 di antaranya merupakan pencinta sesama jenis. Kemudian di tahun yang sama pula terdeteksi 14 wanita pekerja seks, enam waria, empat kasus kelompok berisiko tinggi (Risti), dan dua pria pelanggan pekerja seks.
“Serta lain-lain seperti penggunaan narkoba, transfusi darah, alat tato, transplantasi organ tubuh, dan ibu ke bayi sebanyak 33 penderita,” kata Irfan.
Menurut Irfan, pria pencinta sesama jenis ini terlihat sebagai lelaki normal dalam kesehariannya dan hanya diketahui sebagai homoseksual setelah melakukan pemeriksaan kesehatan.
“Mereka ini biasanya lelaki normal, bisa karena istrinya di kampung atau karena ingin cari sensasi baru,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti mengatakan data 105 kasus tersebut menunjukkan penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi bertambah menjadi 1670 orang. Dia lalu mengingatkan para pria untuk setia kepada para istrinya.
“Bagi laki-laki yang sudah berumah tangga sangat diperlukan kesetiaannya terhadap pasangan sehingga bisa memotong rantai penularan virus ini,” katanya.
Pemkab saat ini berupaya menekan kasus HIV/AIDS di antaranya pengembangan layanan ‘Voluntary Counseling and Testing’ (VCT) atau konseling dan tes HIV sukarela, sosialisasi pada populasi Risti, dan pengembangan layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP).
Adapun sosialisasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan dan murid di sekolah, serta pemeriksaan viraload dan CD4 bagi para orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
“HIV dan AIDS berbeda, HIV itu virusnya, sedangkan AIDS bisa dibilang stadium akhir dari infeksi virus HIV dimana kemampuan tubuh untuk melawan berbagai infeksi sudah hilang sepenuhnya. Kita berharap yang positif HIV tetap bisa maksimal menjalankan kehidupan. Dan yang paling penting rutin memeriksakan diri agar rantai penularan bisa dihentikan,” kata Sri Enny. (*)









