Harian Sederhana, Subang – Pihak kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara atau TKP kecelakaan bus pariwisata Purnama Sari di Kampung Nagrog, Desa Palasari, Ciater, Kabupaten Subang, Minggu (19/01).
Hasil pemeriksaan sementara, ada dugaan bila supir kehilangan kendali ketika tengah melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Hal itu menyebabkan bus oleng dan menyebabkan delapan orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka ringan maupun berat.
“Itu pendapat saya pribadi ya, bus melaju dengan kecepatan tinggi, sementara penumpangnya penuh. Bus oleng karena menghantam bahu jalan yang berbeda ketinggian, jadinya miring,” tutur Dirgakkum Korlantas Polri, Brigjen Pol Kushariyanto selepas olah TKP.
Dari hasil pemeriksaan, menurut Kushariyanto, polisi tidak menemukan jejak rem dari 12 titik pantau. Untuk penyebab pastinya belum kita ketahui, karena dari 61 orang, termasuk sopir dan kernet ada delapan orang yang meninggal dunia,” ujarnya.
Dari informasi yang diperolehnya dari kernet, sopir bus yang juga tewas dalam insiden tersebut, sementara ini diketahui tidak berupaya memperlambat laju kendaraannya.
“Saya tanyakan juga, dan ternyata si sopir memang sudah biasa melaju di jalur ini. Ibaratnya sudah tahu betul area Subang ini. Proses penyelidikan masih berlangsung, untuk sementara ini memang tidak ada upaya pengereman ya,” ucapnya.
Terkait kondisi jalan, menurut Kushariyanto, cukup mulus dan licin. “Apakah sopirnya gugup atau bagaimana, kita belum tahu. Nanti kita akan lakukan FGD untuk mengetahui kejadian pastinya,” ujar Kushariyanto.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Barat, Kombes Pol Eddy Djunaedi mengatakan, olah TKP digelar untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan tunggal yang mengakibatkan delapan orang korban meninggal dunia itu.
Eddy melanjutkan, pihaknya melibatkan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk melakukan olah TKP itu. Menurut dia, olah TKP yang dimulai Minggu (19/01) pagi itu menggunakan metode Traffic Accident Analysis.
“Metode ini merupakan suatu metode yang sesuai dengan SOP (standard operational procedure) dalam penanganan kecelakaan dan penyebab kecelakaan akan mudah diketahui,” ujarnya.
Diketahui, bus bernomor polisi E 7508 W itu membawa 58 orang penumpang kader Posyandu KelurahanBojong Pondok Terong (Bopenter), Kota Depok. Berdasarkan dugaan sementara, polisi menyebut, kecelakaan akibat bus tak terkendali saat melintas di jalan yang menurun. Akibatnya, bus terguling di bahu jalan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
Dalam kecelakaan nahas tersebut, dilaporkan delapan orang meninggal dunia, 28 luka berat, dan 23 orang luka ringan. Para korban baru pulang berwisata dari Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu. Depalan korban yang meninggal dunia terdiri dari tujuh perempuan dan seorang laki-laki yang merupakan sopir bus.
Sementara itu, iring-iringan ambulans telah membawa pulang puluhan korban penumpang bus nahas tersebut dari RSUD Ciereng Subang menuju kampung halaman para korban di Kota Depok.
“Korban yang dibawa hari ini merupakan korban meninggal dunia dan luka berat, sedangkan luka ringan sudah diperbolehkan pulang sejak semalam,” kata Direktur RSUD Ciereng, drg Agus.
Menurut drg. Agus, pihaknya menyiapkan 19 ambulans, sementara sisanya sisanya disiapkan oleh Pemkot Depok. “Kami diminta Pak Bupati untuk membantu para korban, termasuk dibuatkan surat jaminan biaya perawatan bagi keperluan jaminan Jasa Raharja mereka,” ujarnya. (*)









