Harian Sederhana, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK) akhirnya buka suara perihal Wali Kota Depok, Mohammad Idris yang membuka identitas dua warganya yang positif corona pada saat konferensi pers pada Senin, 2 Maret 2020.
Pria yang akrab disapa RK ini juga tidak akan memberikan sanksi terhadap Wali Kota Depok atas ketidaksengajaan pembukaan identitas dua warga yang dinyatakan positif corona oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
“Kita harus memaklumi, tidak ada niat buruk. Semua lagi panik dan belajar menghadapi situasi ini,” tuturnya kepada wartawan selepas meresmikan Gedung MUI Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (05/03).
Orang nomor satu di Jawa Barat ini juga menyebut, semua kepala daerah saat ini di wilayahnya saat ini harus belajar dari pengalaman saat hendak membagikan informasi soal virus corona.
Ia berharap, kejadian serupa tak terulang dan kepala daerah lebih fokus memberikan edukasi dan rasa aman kepada warga.
“Semua lagi belajarlah, jadi kita jaga, mudah-mudahan semua sehat dan dijauhkan (dari segala penyakit),” tutup RK.
Sebelumnya, Idris menjadi sorotan lantaran melontarkan pernyataan yang mengungkap identitas dua warganya yang terjangkit Corona. Pernyataan itu dibuat setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua orang yang positif corona di Depok, Jawa Barat.
Menyusul hal itu, Pemkot Depok membuat konferensi pers yang menyebutkan secara rinci, jika korban tinggal di sebuah perumahan eksklusif di Kota Depok. Pernyataan itu yang buat Idris disorot. Data korban yang disampaikan Idris dinilai sejumlah pengamat tak perlu dibeberkan.
Pernyataan itu yang buat Idris disorot. Data korban yang disampaikan Idris dinilai tak perlu dibeberkan.
Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) mengkritisi Idris. Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto mengatakan seharusnya Idris bisa menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Kota Depok mengatasi warganya yang terinfeksi corona.
“Yang dibutuhkan itu kejelasan apa langkah-langkah taktis yang telah dan sedang dilakukan Pemerintah Depok. Bukan dengan menyebar data pasien, seperti nama, pekerjaan pasien, foto, alamat rumah,” ujar Damar dalam pernyataannya, Selasa (3/3/2020).
“Itu tidak bijak dan malah memicu stigma bagi pasien serta memberi tekanan bagi pasien. Alih-alih bisa fokus pada menyembuhkan dirinya, tekanan, dan stigma akan mengganggu dan menjadikan pasien jadi korban kedua kalinya,” ungkapnya.
Sementara itu, Idris membantah kritikan yang dilontarkan kepadanya gara-gara menyebut nama perumahan pasien positif corona. Ia menegaskan, ia tidak menyebutkan data pribadi pasien positif virus corona seperti nama, alamat lengkap, dan pekerjaan pasien.
“Saya tidak menyebut nama. Saya tidak menyebut alamat lengkap. Sampai sekarang, nama korban saya enggak tahu, tidak ada yang beri tahu saya. Saya cuma tahu inisial,” kata Idris kepada wartawan di Alun-alun Kota Depok, Rabu (03/03).
Idris berkilah, ia hanya membacakan informasi mengenai lokasi perumahan pasien positif virus corona yang ia peroleh dari media sosial. Ia mengaku, kala itu ia menyebutkan nama lokasi perumahan itu sebagai perbincangan dengan awak media dalam konferensi pers, bukan pernyataan resmi.
“Tanyakan medsos. Saya hanya bertanya waktu itu apa alamatnya benar di sini, wartawan jawab benar alamatnya di situ, disebut. Saya bertanya, awalnya saya ragu, yang saya tahu bukan itu perumahannya, ternyata kata wartawan betul,” tutur Idris.
“Memang salahnya saya, saya sebut itu. Tapi itu dari medsos, bukan pernyataan saya,” tandasnya. (*)









